Tuesday, November 22, 2016

Doa Mandi

Para pembaca, berikut ini adalah kata-kata (dan penjelasan) untuk doa dari Mr. Eddy yang Beliau sarankan untuk dibaca sebelum mandi:

Misalnya, bisa dicoba saat kamu mandi. Tubuh itu terdiri dari 7 lapis: Rambut, kulit, daging, urat-syaraf, darah, tulang, dan sumsum. Coba saja, ga ada satu bagian. Semuanya pasti berantakan. Kalau komplit tujuh-tujuhnya, bisa diseret kemana-mana. Siapa yang seret? Otak. Nah, terus waktu kamu mandi, disebut: “Aku terimakasih, kamu sudah mau aku ajak kemana-mana.. sudah rela aku seret-seret.. aku juga mohon maaf, kayaknya ga pernah kasihan sama kamu. Setelah aku sadar, aku jadi ilfeel deh.”

yuk, mari, kita mandi bareng biar segar. Pakai sabun yang wangi..

Itulah mencintai diri. Kamu kembangkan sendiri, apa yang perlu lagi. Petunjuk: Aktifitas-aktifitas yang diperlukan untuk pemeliharaan badanmu terlebih lanjut seperti makan, tidur, dan sebagainya. Sadarilah bahwa kamu melakukan semua itu, meluangkan waktu yang berharga itu, tidak lain untuk dirimu..

Itu body (badan); sekarang kita bisa masuk ke mind. Mind itu termasuk pikiran dan perasaan, ucapkan terimakasih.. Mesti mohon maaf juga, karena kita emosian.. Mohon maaaf sama perasaan, yang kadang-kadang kita galau, desperate, stress, tidak percaya diri, cemas, dan seterusnya.


Kemudian kita masuk ke Soul kita, halo, my higher self. Sang hidupku yang mulia, yang terhormat, yang saya lebih respek kepada siapapun. Mohon maaf, terkadang kelakuan saya tidak pada tempatnya. Kadang-kadang, saya tidak mau mendengarkan kamu. Nurutin ego saya, jaim saya, sotoy saya.. semuanya..


Jadi, “Mari kita mandi bersama, supaya raga dan jiwaku ini tetap layak engkau selenggarakan dan engkau jamin. Terimakaciiiih;)” No need insurance because there is assurance. Bayar asuransi mah sinetron saja. Hehehe


Salam Rahayu,

Murid Edhaka

Sunday, November 13, 2016

Dihakimi (Judgement)

Wahai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,

Apakabar? Hari ini, Murid Edhaka ini ingin membahas mengenai advice dari Pak Eddy kalau kita merasa kita sedang dihakimi, sedang dihujat. Dan ini sungguhlah merupakan sebuah bagian dari hidup terserah, hidup apa adanya, sebab intisari dari pesan Mr. Eddy adalah: tidak apa-apa, terserah, apa adanya saja.

"Mereka kan tidak tahu siapa kamu itu, Mas. Boro-boro tahu kamu, diri sendiri mereka saja tidak tahu. Ketika ditanya, siapa diri kamu, jawabnya malah: Ini diri saya, KTP saya, nama saya, dll. Lah tapi kan dia tidak tahu, potensi dia, kelemahan dia, kesempurnaan dia, dan sebagainya. Aduh, alangkah indahnya andai dia tahu. Andai semua tahu dirinya masing-masing, maka semuanya akan sadar kalau betapa sempurna dan betapa indahnya dunia ini."

"Jadinya mas, santai aja kalau dibilang ini, dibilang itu. Misalnya dibilang: "kamu goblok!" harus bisa jawab dengan santai: "terimakasih!" thank you.. Sambil senyum senyum santai santai aja. Jangan dibawa terlalu serius. Inget semua itu bumerang, nanti bum balik ke dia sendiri karmanya. Omongan kamu harus selalu halus, harus selalu santai, dan tenang. Ya kan?"

Hahahaha. Kalau boleh jujur, salah satu kelemahan dari diri Murid Edhaka ini adalah sensitif, gampang tersinggung, dan selalu ingin diakui, diterima, dan disayangi oleh orang lain (lah, emangnya gue kagak pernah nolak orang lain? Kok egois sih? hihihi). Tadi pagi, sambil hamba renungkan, hamba sadar kalau hamba merasa terluka atas kata-kata atau perbuatan atau tindakan orang lain, maka hamba sesungguhnya sedang memberikan kekuasaan hamba kepada dirinya. Ada perpindahan power dari diri hamba ke dirinya. Dia jadi powerful dan hamba jadi powerless. Nah loh, siapakah dirimu, kawan? Apakah dikau menggaji hamba? Apakah engkau memberikan kehidupan kepada diri hamba?

Untuk apa hamba empower dirimu, sahabat? Maka hamba berkomitmen kepada sang Maha Kuasa, sang penyelenggara hidup hamba, dari dalam dan dari luar, dari awal hingga akhir waktu, untuk hanya memberikan kuasa, power, dan kekuatan kepadaMu, ya Higher Self. Izinkanlah hamba untuk mengenalmu lebih dalam. Izinkanlah hamba untuk paham, untuk meraih, untuk maju. Hamba sadar bahwa Engkau hanyalah satu-satunya yang akan menerima hamba apa-adanya. Karena hamba mempercayaimu, mencintaimu, maka hamba akan terus layak untuk menerima semuanya yang terbaik dariMu, wahai sang Semesta. Lanjut.. :)

Salam Rahayu,
Murid Edhaka

Wanita (bag. 2)

Wahai para pembaca yang kuhormati,

Apa kabar? Disini sudah pada mulai merayakan Haloween - pertanda kalau akhir Oktober sudah dekat. Sudah mulai dingin juga, sampai sempat turun salju beberapa hari yang lalu. Lalu kembali lagi ke cuaca yang cocok untuk pakai celana pendek :)

Murid Edhaka ini ingin melanjutkan pembahasan mengenai wanita, yang dulu sempat dimulai namun belum sempat dituntaskan. Hahaha: Ketahuan ya, apa yang lagi di dalam pikiran hamba ini. :)

Satu, nampaknya hamba harus mulai tenang dan sabar kembali. Pak Eddy mengingatkan kalau hamba itu pintar becanda, makanya harus becanda terus. Ini pun sangat berlaku untuk hubungan hamba dengan wanita - kalau terlalu hangat terus malah jadi cepat bosan. Kata Pak Eddy: "Jaman sekarang, sekali liat cewek, langsung celingak celinguk. Mana, mana, mana?! Kalau jaman aristokrat dulu, liat, terus ilfeel. Biasa saja, dijadiin teman dulu. Santai saja."

Kok dulu rasanya elegan sekali ya? Enak gitu, santai aja. Ga perlu kuatir jaim, ga perlu kuatir buru-buru, ga perlu kuatir impress wanita tersebut. Kenapa rasanya jadi ga santai ya, sekarang? Pasti bawaannya pakai napsu ya.. hihihi.

Lucunya, begitu sadar, ingat, dan lepas bahwa napsu itu sedang berlangsung, rasanya langsung plong sekali, tidak usah kuatir apa-apa. Tetapi, kalau tidak ada yang mengingatkan, maka tidak sadar, lupa. Benar-benar lucu sekali, rasanya seperti ikan yang lupa kalau ia hidup di dalam air. Makanya hamba harus rajin-rajin mengingatkan untuk santai saja, dan menerima diri hamba apa adanya.

Kedua, berbicara mengenai apa adanya, Pak Eddy pernah berkata juga: "Ingat, dunia tertinggi adalah terserah, dan apa adanya. Sebab di sana apa apa ada, dan apa apa bisa."

Kemarin malam saya sempat makan bersama seorang teman spiritual di Amerika Serikat ini. Dia bercerita, berkeluh kesah mengenai semua kesulitan yang sedang ia hadapi. Dia merasa berat, sedih, sebab ia merasa sendirian, kesepian, dan tidak diterima. Saya jadi teringat kata-kata Pak Eddy, dan semua teman-teman saya yang merupakan murid Beliau. Mereka semua menerima saya apa adanya, tidak ada rasa sedih, kecewa, judging, ataupun ekspektasi. Ya, mereka semua benar-benar apa adanya, maka saya merasa nyaman dan bahagia di sisi mereka. Begitulah yang saya sampaikan kepada rekan saya tersebut - di hadapan saya ia boleh menjadi apa adanya, sebab saya juga akan menerima dia seperti apa adanya. :)

Ketiga, dan terakhir, "Jangan dipusingin, dikerjain aja." - kata Pak Eddy. Ya, dijalani dulu lagi, yuk?

-Salam Rahayu,
Murid Edhaka