tag:blogger.com,1999:blog-66129588016064727212024-03-13T10:00:52.562-07:00Kata-Kata Mutiara EdhakaBlog ini didedikasikan kepada Edhaka alias Mr BJ Eddy Soetyono, grand master dan guru besar dalam ilmu kehidupan.Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.comBlogger41125tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-68245373218214435332017-12-10T19:26:00.000-08:002017-12-10T19:26:04.319-08:00Sang Penjamin"No reason to worry about anything. Your soul guarantees everything. Everyday."<br />
<br />
Hamba niatkan untuk hidup dengan kepercayaan ini. Maju melangkah setiap hari, dengan berani, dengan percaya diri. Sebab saya hanya terima jadi, aku sudah bekerja keras, jungkir balik, dan mempersiapkan segala-galanya. Yang tinggal saya (hamba) laksanakan adalah menerima apa adanya, bersyukur, dan menikmati. Setiap hari.<br />
<br />
Terimakasih, sang penjamin. Hamba bersyukur.<br />
<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-47821181158548112182016-11-22T19:48:00.000-08:002016-11-22T20:35:27.650-08:00Doa Mandi<span style="font-family: inherit;">Para pembaca, berikut ini adalah kata-kata (dan penjelasan) untuk doa dari Mr. Eddy yang Beliau sarankan untuk dibaca sebelum mandi:</span><br />
<i style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i>
<i style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Misalnya, bisa dicoba saat kamu mandi. Tubuh itu terdiri dari 7 lapis: Rambut, kulit, daging, urat-syaraf, darah, tulang, dan sumsum. Coba saja, ga ada satu bagian. Semuanya pasti berantakan. Kalau komplit tujuh-tujuhnya, bisa diseret kemana-mana. Siapa yang seret? Otak. Nah, terus waktu kamu mandi, disebut: “Aku terimakasih, kamu sudah mau aku ajak kemana-mana.. sudah rela aku seret-seret.. aku juga mohon maaf, kayaknya ga pernah kasihan sama kamu. Setelah aku sadar, aku jadi ilfeel deh.”</span></i><br />
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;">yuk, mari, kita mandi bareng biar segar. Pakai sabun yang wangi..</span></i><br />
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i>
<i><span style="font-family: inherit;">Itulah mencintai diri. Kamu kembangkan sendiri, apa yang perlu lagi. Petunjuk: Aktifitas-aktifitas yang diperlukan untuk pemeliharaan badanmu terlebih lanjut seperti makan, tidur, dan sebagainya. Sadarilah bahwa kamu melakukan semua itu, meluangkan waktu yang berharga itu, tidak lain untuk dirimu..</span></i></div>
</div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<i><span style="font-family: inherit;">Itu body (badan); sekarang kita bisa masuk ke mind. Mind itu termasuk
pikiran dan perasaan, ucapkan terimakasih.. Mesti mohon maaf juga, karena kita
emosian.. Mohon maaaf sama perasaan, yang kadang-kadang kita galau, desperate,
stress, tidak percaya diri, cemas, dan seterusnya.</span></i></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><i><br /></i>
<i>Kemudian kita masuk ke Soul kita, halo, my higher self. Sang hidupku yang
mulia, yang terhormat, yang saya lebih respek kepada siapapun. Mohon maaf,
terkadang kelakuan saya tidak pada tempatnya. Kadang-kadang, saya tidak mau
mendengarkan kamu. Nurutin ego saya, jaim saya, sotoy saya.. semuanya..</i></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<i><span style="font-family: inherit;">Jadi, “Mari kita mandi bersama, supaya raga dan jiwaku ini tetap layak
engkau selenggarakan dan engkau jamin. Terimakaciiiih;)” No need insurance
because there is assurance. Bayar asuransi mah sinetron saja. Hehehe</span></i></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><i><br /></i>
Salam Rahayu,</span><br />
<span style="font-family: inherit;">Murid Edhaka</span>Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-63662412937785022562016-11-13T07:24:00.001-08:002016-11-22T20:35:15.926-08:00Dihakimi (Judgement)Wahai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,<br />
<br />
Apakabar? Hari ini, Murid Edhaka ini ingin membahas mengenai advice dari Pak Eddy kalau kita merasa kita sedang dihakimi, sedang dihujat. Dan ini sungguhlah merupakan sebuah bagian dari hidup terserah, hidup apa adanya, sebab intisari dari pesan Mr. Eddy adalah: tidak apa-apa, terserah, apa adanya saja.<br />
<br />
"Mereka kan tidak tahu siapa kamu itu, Mas. Boro-boro tahu kamu, diri sendiri mereka saja tidak tahu. Ketika ditanya, siapa diri kamu, jawabnya malah: Ini diri saya, KTP saya, nama saya, dll. Lah tapi kan dia tidak tahu, potensi dia, kelemahan dia, kesempurnaan dia, dan sebagainya. Aduh, alangkah indahnya andai dia tahu. Andai semua tahu dirinya masing-masing, maka semuanya akan sadar kalau betapa sempurna dan betapa indahnya dunia ini."<br />
<br />
"Jadinya mas, santai aja kalau dibilang ini, dibilang itu. Misalnya dibilang: "kamu goblok!" harus bisa jawab dengan santai: "terimakasih!" thank you.. Sambil senyum senyum santai santai aja. Jangan dibawa terlalu serius. Inget semua itu bumerang, nanti bum balik ke dia sendiri karmanya. Omongan kamu harus selalu halus, harus selalu santai, dan tenang. Ya kan?"<br />
<br />
Hahahaha. Kalau boleh jujur, salah satu kelemahan dari diri Murid Edhaka ini adalah sensitif, gampang tersinggung, dan selalu ingin diakui, diterima, dan disayangi oleh orang lain (<i>lah, emangnya gue kagak pernah nolak orang lain? Kok egois sih? hihihi</i>). Tadi pagi, sambil hamba renungkan, hamba sadar kalau hamba merasa terluka atas kata-kata atau perbuatan atau tindakan orang lain, maka hamba sesungguhnya sedang memberikan kekuasaan hamba kepada dirinya. Ada perpindahan <i>power</i> dari diri hamba ke dirinya. Dia jadi <i>powerful </i>dan hamba jadi <i>powerless.</i> Nah loh, siapakah dirimu, kawan? Apakah dikau menggaji hamba? Apakah engkau memberikan kehidupan kepada diri hamba?<br />
<br />
Untuk apa hamba <i>empower</i> dirimu, sahabat? Maka hamba berkomitmen kepada sang Maha Kuasa, sang penyelenggara hidup hamba, dari dalam dan dari luar, dari awal hingga akhir waktu, untuk hanya memberikan kuasa, <i>power, </i>dan kekuatan kepadaMu, ya Higher Self. Izinkanlah hamba untuk mengenalmu lebih dalam. Izinkanlah hamba untuk paham, untuk meraih, untuk maju. Hamba sadar bahwa Engkau hanyalah satu-satunya yang akan menerima hamba apa-adanya. Karena hamba mempercayaimu, mencintaimu, maka hamba akan terus layak untuk menerima semuanya yang terbaik dariMu, wahai sang Semesta. Lanjut.. :)<br />
<br />
Salam Rahayu,<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-3383992479476810392016-11-13T07:11:00.000-08:002016-11-22T20:35:00.209-08:00Wanita (bag. 2)Wahai para pembaca yang kuhormati,<br />
<br />
Apa kabar? Disini sudah pada mulai merayakan Haloween - pertanda kalau akhir Oktober sudah dekat. Sudah mulai dingin juga, sampai sempat turun salju beberapa hari yang lalu. Lalu kembali lagi ke cuaca yang cocok untuk pakai celana pendek :)<br />
<br />
Murid Edhaka ini ingin melanjutkan pembahasan mengenai wanita, yang dulu sempat dimulai namun belum sempat dituntaskan. Hahaha: Ketahuan ya, apa yang lagi di dalam pikiran hamba ini. :)<br />
<br />
Satu, nampaknya hamba harus mulai tenang dan sabar kembali. Pak Eddy mengingatkan kalau hamba itu pintar becanda, makanya harus becanda terus. Ini pun sangat berlaku untuk hubungan hamba dengan wanita - kalau terlalu hangat terus malah jadi cepat bosan. Kata Pak Eddy: "Jaman sekarang, sekali liat cewek, langsung celingak celinguk. Mana, mana, mana?! Kalau jaman aristokrat dulu, liat, terus ilfeel. Biasa saja, dijadiin teman dulu. Santai saja."<br />
<br />
Kok dulu rasanya elegan sekali ya? Enak gitu, santai aja. Ga perlu kuatir jaim, ga perlu kuatir buru-buru, ga perlu kuatir impress wanita tersebut. Kenapa rasanya jadi ga santai ya, sekarang? Pasti bawaannya pakai napsu ya.. hihihi.<br />
<br />
Lucunya, begitu sadar, ingat, dan lepas bahwa napsu itu sedang berlangsung, rasanya langsung plong sekali, tidak usah kuatir apa-apa. Tetapi, kalau tidak ada yang mengingatkan, maka tidak sadar, lupa. Benar-benar lucu sekali, rasanya seperti ikan yang lupa kalau ia hidup di dalam air. Makanya hamba harus rajin-rajin mengingatkan untuk santai saja, dan menerima diri hamba apa adanya.<br />
<br />
Kedua, berbicara mengenai apa adanya, Pak Eddy pernah berkata juga: "Ingat, dunia tertinggi adalah terserah, dan apa adanya. Sebab di sana apa apa ada, dan apa apa bisa."<br />
<br />
Kemarin malam saya sempat makan bersama seorang teman spiritual di Amerika Serikat ini. Dia bercerita, berkeluh kesah mengenai semua kesulitan yang sedang ia hadapi. Dia merasa berat, sedih, sebab ia merasa sendirian, kesepian, dan tidak diterima. Saya jadi teringat kata-kata Pak Eddy, dan semua teman-teman saya yang merupakan murid Beliau. Mereka semua menerima saya apa adanya, tidak ada rasa sedih, kecewa, judging, ataupun ekspektasi. Ya, mereka semua benar-benar apa adanya, maka saya merasa nyaman dan bahagia di sisi mereka. Begitulah yang saya sampaikan kepada rekan saya tersebut - di hadapan saya ia boleh menjadi apa adanya, sebab saya juga akan menerima dia seperti apa adanya. :)<br />
<br />
Ketiga, dan terakhir, "Jangan dipusingin, dikerjain aja." - kata Pak Eddy. Ya, dijalani dulu lagi, yuk?<br />
<br />
-Salam Rahayu,<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-88266749599550761902016-10-01T08:12:00.000-07:002016-11-22T20:33:24.879-08:00Terima Jadi (Terima Beres)Hai para pembaca yang kuhormati dan kucintai..<br />
<br />
Wah, tidak terasa sudah akhir bulan aja ya. Waktu kok larinya kayak mau kabur dari maling gitu sih? Hahahaha..<br />
<br />
Semalam saya mimpi berjumpa dengan Alm. Mr Eddy, lagi, eh nampak ternyata dari Facebook juga mengingatkan kalau empat tahun lalu adalah kedua kali saya bertemu dengan Mr. Eddy. Waktu itu saya sudah sekolah di Singapura, jadinya jarang-jarang bisa bertemu Mr. Eddy, paling sering setiap semester sekali..<br />
<br />
Nah, dalam rangka merayakan atau memperingati kejadian ini, makanya saya ingin share satu paragraph dari kata-kata mutiara Pak Eddy:<br />
<br />
<i>"Kita jadi manusia, ya enteng-entengan saja.. Terserah. Tidak usah bilang ga
butuh. Ga usah bilang perlu/ga perlu. Sebab itu namanya judgement. Menghakimi.
Yang ngatur siapa? Semuanya Beliau yang mengatur. Saya (casing, cangkang)
tahunya hanya terima beres. Tetapi, supaya pantes bagi orang biasa (lah bukan
jadi dewa koq.. heheh) ya pura-puranya aja mikir, sekolah, kerja.. Menjalankan
ritual setiap hari. Tetapi, kalau kamu terlalu serius, jadinya cepat capai. Jadinya emosi, ehh
malah semuanya berantakan. Kalau enteng-entengan sekaligus santai, malah enak.
Ehh, malah happy. Haha. Sersan donk, serius tapi santai. Jangan komando mulu
hahaha. Waktu ngerasain enak, boleh serius. Biasa aja bisa beres kerjaan. Kenapa
cepet beres malahan? Karena enteng mikirnya. Santai tapi serius. Sersan hahaha
lulus terbaik!"</i><br />
<i><br /></i>
Kembali lagi ke tema yang satu ini, khususnya untuk hamba yang hobinya main komando dan stress mulu. Kemana-mana dibawa hatinya rasanya jadi berat. Kalau berat, biangnya stress, kalau stress, maka biangnya penyakit. Amit-amit.. Hamba niatkan supaya kemana-mana bisa menjadi seorang sersan, serius tapi santai, tidak judging tidak kuatir tetapi terima jadi dan menikmati..<br />
<br />
Kemarin ini juga salah satu tema yang dibahas oleh Mbak Mary, saat lagi ngobrol santai-santai di PIM2. Mbak Mary bilang kalau hidup manusia itu seperti sebuah gelombang - ada naik turunnya. Yang penting dijaga biar gelombangnya itu nggak lebai. Karena kekuatiran dan stress itu membunuh kita.<br />
<br />
Ternyata ini toh, maksud Mbak. Menjaga gelombangnya itu dengan santai saja. Kenapa bisa santai? Sebab seperti kata Pak Eddy, dunia ini adalah panggung sandiwara. Sebenarnya semuanya sudah dilalui oleh HS kita, oleh soul kita. Kita tinggal terima beres saja. Santai karena kita ingat, kita sadar, kalau semuanya itu hanya pura-pura. Pura-pura sibuk, pura-pura belajar, pura-pura kerja. Yahh.. Dinikmati, dan diniatkan saja. Supaya nggak emosi, supaya cepat beres.<br />
<br />
Inilah hal yang agak menarik menurut saya, ketika kita terburu-buru, malah lebih lama sampainya. Ketika kita santai dan enteng, eh, malah jadi cepat beres, dan hasilnya lebih Joss bahkan. Kenapa ya?<br />
<br />
Mari, sama sama direnungkan :)<br />
<br />
Salam Rahayu,<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-17153583068554237122016-09-20T20:44:00.001-07:002016-11-22T20:32:15.363-08:00Pesan - Pesan dari TaharaWahai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,<br />
<br />
Apakabar? Semoga semuanya fine as always ya...<br />
<br />
Kali ini agak menyimpang sedikit dari kata-klata mutiara Edhaka; melanjutkan pembicaraan mengenai ekspedisi saya di Jepang saat saya bertemu seorang bijaksana di sebuah pulau terpencil. Ya, namanya Aya-chan, dan walaupun casingnya masih nampak muda, tetapi ilmu dari dalam hatinya ribuant tahun tuanya. Tetap saja sebuah kata-kata mutiara sebab berasal dari sumber, atau hati yang sama. Nah kali ini izinkanlah saya untuk meng-share sebagian dari ilmu-ilmu yang dishare kepada hamba.<br />
<br />
<i>If you are still finding something in somebody that you don't really like or you hate, you are essentially seeing a reflection of yourself that you dislike, and that is why you don't feel good.</i><br />
<i><br /></i>
Ketika kita benci seseorang, sesungguhnya kita pernah bertanya tidak, apa yang kita tidak sukai dari orang tersebut? Lah, jangan-jangan itu diri kita yang kita benci ya? Betul sekali! Kata Aya chan, sesungguhnya ketidaksukaan kita terhadap orang lain merupakan refleksi dari kepribadian kita yang paling dalam, yang kita tidak pernah akui, yang nampak di peribadi atau personality orang tersebut. Makanya kita keki sekali kadang kadang, karena mungkin sudah ditahan-tahan, eh malah muncul juga di orang lain ya.<br />
<br />
Buktinya apa? Kalau kita mikir baik-baik, tentunya setiap orang yang paling jahat sekalipun, memiliki orang-orang yang mampu menerima dia apa adanya, secara seutuhnya. Misalnya, ada orang yang tidak kita sukai karena dia bawel. Jangan-jangan sebenarnya itu diri kita yang bawel? Soalnya walaupun dia bawel pun pasti ada orang lain yang bisa menerima kebawelan dia, dan masih fine-fine aja kok sama dia.<br />
<br />
Jadinya, artinya adalah, jika kita sangat mencintai diri kita sendiri, apa adanya kita bener-bener terima bulat-bulat, kita tidak akan pernah melihat apa yang tidak kita sukai terhadap orang lain. Dan juga, berarti, belajar mencintai diri sendiri secara seutuhnya, adalah belajar mencintai dan menerima orang lain seutuhnya. Ketika kita mampu menyadari apakah hal yang dari dirinya yang tidak kita sukai, dan kita menerimanya, dan mengampuninya, kita sesungguhnya sedang menerima dan mencintai diri kita sendiri. Bukannya itu hal yang bagus?<br />
<br />
Kok diri sendiri diajak berantem? Berarti musuhan sama diri sendiri dong, kemana-mana bawa ribut. Kan ga enak... Hahahaha. Nah, berarti ada dua hal lagi yang kita bisa tarik dari sini: 1) semuanya adalah anugerah. Ketemu orang lain yang bikin kita gedek, bikin kita keki, bikin kita gemes, sesungguhnya akan membantu kita mengenal diri kita lebih baik and menerima diri kita sendiri apa adanya dengan lebih sempurna. 2) terkadang kita emang memerlukan orang lain untuk mengenal diri kita sendiri dengan lebih baik. Dengan rajin refleksi, sadar diri, maka niscaya akan maju terus.<br />
<br />
Baik, hari ini sampai sini dulu, ditunggu kelanjutannya ya.<br />
<br />
Salam Rahayu,<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-22647076542787280512016-08-31T04:32:00.001-07:002016-11-22T20:31:59.327-08:00Berjemur PagiHai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,<br />
<br />
Maaf udah lama sekali tidak nongol ya. Tahun 2016 ini ujiannya memang agak hebat, tetapi hamba selalu bersyukur sebab setiap ada kesusahan berbagai guru-guru dan pembimbing baik selalu berada di sisi hamba. Kali ini pun seperti itu, kemarin saya sempat berjumpa Mbak Anne dan Mary di Jakarta Selatan, bisa ngobrol-ngobrol enak dan santai sambil sharing juga. Mereka berdua juga mengenal Mr. Eddy, bahkan mengenal Mr. Eddy lebih baik dari saya.<br />
<br />
Nah, kali ini yang kepingin saya share adalah sesuatu dari Mbak Mary, yaitu pentingnya berjemur pagi. Berjemur pagi? Kayak kasur, ikan asin, dll. hehehe. Ya, Pak Eddy sebenarnya sering share bahwa cahaya matahari merupakan sumber cinta kasih illahi, energi yang mampu melingkup dan membersihkan diri kita sendiri. Yang lucunya, saya juga sempat menjelajah ke Jepang, naik kapal pesiar sampai di ujung pulau. Disana, saya bertemu seorang wanita penjaga losmen, yang ternyata rajin meditasi dan merupakan sebuah manusia spiritual juga. Bernama Aya (manggilnya Aya-chan), dia sempat share macem-macem, dan termasuk salah satunya bahwa kita sebenarnya tidak memerlukan makanan, cukup menyerap energi cahaya matahari saja.<br />
<br />
Yang saya diajarkan adalah berjemur pagi hari, diantara jam 7 sampai 9 pagi (ideal), cukup selama 10-15 menit saja. Kalau kelamaan gosong soalnya. Hahaha. Nah, sembari berjemur pagi ini, kita memulai afirmasi, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan kita, berdoa kepada Tuhan YME supaya hari kita dipermudah, dilancarkan, dan kita dilindungi di dalam kasih ilahi. Saat berjemur ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengajak hati kecil kita berbicara, share, ataupun curhat tentang lika-liku kehidupan kita ini. Sesungguhnya, suara hati kecil kita adalah suara sang Tuhan, tetapi karena Beliau selalu digencet ego kita, makanya hampir tidak terdengar lagi. Padahal, semuanya kan sudah ada di dalam diri kita. Kalau kita apa adanya, apa apa ada, dan apa apa bisa.<br />
<br />
Kata Mbak Mary, kalau kita berjemur seperti itu, kita akan menghisap dopamine, dan level dopamine yang tinggi akan menjadikan kita lebih seimbang. Lebih seimbang karena rasa kekuatiran akan berkurang, dan rasa bahagia akan muncul dengan sendirinya. Jadinya kita bisa menjadi lebih rahayu dalam menjalani lika-liku kehidupan. Dan pengalaman pribadi saya juga seperti itu; hari ini seharian saya tempuh dengan lebih sukacita, rahayu, dan pasrah - walaupun sempat gedeg juga karena kemana-mana macet. Ahh.. indahnya hidup ini jika ktia menyempatkan diri untuk alam kita dan sang ilahi..<br />
<br />
Ayo kita berjemur!<br />
<br />
Salam Rahayu,<br />
<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-71016088147938382002016-01-10T10:30:00.000-08:002016-11-22T20:31:31.305-08:00Misteri IlahiPak Eddy pernah sharing mengenai sebuah afirmasi kesadaran:<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span lang="AF">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="AF">Ketika
aku (soul) berkenan, maka saya bisa. Kalo ga bisa sekarang, besok pasti bisa,
kalo besok ga bisa, lusa pasti bisa. Pokoknya suatu hari ujungnya pasti bisa!<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span lang="AF">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="AF">Ketika
aku berkenan, aku akan dapat. Pelan2 finalnya dapat.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span lang="AF">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--></i><span lang="AF"><i>Ketika
aku berkenan, maka aku bahagia!</i><o:p></o:p></span></div>
<br />
Baru sekarang saya sedikit lebih mengerti arti dari kata-kata Mr. Eddy ini. Setiap insan manusia memiliki jalan ceritanya masing-masing, dan jalan cerita inilah yang diselenggarakan oleh soul (HS) kita. Ketika kita belajar mengenai <i>the Secret, the Law of Attraction, </i>kekuatan pikiran, kita sedang belajar untuk keluar dari tahap bersandiwara / panggung sinetron. Kita sadar bahwa kita 100% bertanggung jawab atas kehidupan kita, dan kita mulai belajar untuk memanifestasikan/mewujudkan hal-hal yang kita inginkan.<br />
<br />
Akan tetapi, tentu saja pembelajaran ini tidak berakhir di tahap manifestasi. Pada posting 4 Tahap Pencerahan, tahap manifestasi hanyalah level 2, yaitu <i>empowerment. </i>Kita mendapatkan kekuatan untuk merubah nasib dan takdir kita, selayaknya seorang nahkoda yang akhirnya mengambil alih kemudi bahteranya. Namun disinilah terdapat banyak perangkap, yang suka saya sebut jebakan ego/hati. Oleh karena itu Mr. Eddy sering memesankan untuk hati-hati dengan hati. Hehehe. Jebakan ego inilah yang membuat kita ambisius, dan berusaha untuk memanipulasi sang Aku, HS, soul kita, sesuai dengan kehendak "saya" atau ego pikiran kita. Terkadang, kita berhasil membujuk HS kita, sebab memang HS kita pada dasarnya ingin kita bahagia. Tetapi, terlalu banyak hal yang kesadaran/ego kita tidak paham, apalagi rencana Sang Ilahi yang tahu apa yang terbaik bagi kita masing-masing.<br />
<br />
Sesungguhnya, setelah kita sadar bahwa kita memiliki Sang Ilahi yang menyelenggarakan hidup kita, ketika kita meminta sesuatu/berkomunikasi dengan sang Aku, kita sebenarnya hanya sedang memberi sebuah petisi atau proposal kepada HS kita. Dengan pengetahuan dan emosi kesadaran kita yang sangat terbatas, kita memohon ampun dan meminta sesuatu untuk dimanifestasikan oleh HS kita. Dan oleh karena itu, ketika petisi tersebut berkenan dengan sang Aku, maka ketiga afirmasi diatas menjadi kenyataan: Saya pasti ujung-ujungnya akan bisa, akan dapat, dan akan bahagia.<br />
<br />
Terdapat setidaknya dua pembelajaran disini: Yang pertama, kita hanya bisa meminta dan berpasrah, dan percaya (<i>have faith) </i>kepada Sang Aku. Jika kita tidak percaya, maka HS kita tidak akan berkenan. Yang kedua, HS kita sesungguhnya tahu apa yang terbaik bagi kita. Pertanyaannya disini adalah: Apakah seharusnya kita meminta-minta? Sang Aku bukanlah pelayan kita. Kenapa kita tidak pasrah saja, dan menyerahkan semuanya kepada penyelenggara kita? Disinilah kita akhirnya sadar dan paham seberapa pentingnya untuk menghapus atau me'nol'kan ego kita.<br />
<br />
Pertanyaan natural dari tahap ini adalah, kalau kita pasrah saja, dan menyerahkan kembali semuanya kepada Sang Pencipta, apa bedanya dengan sebelum kita mengetahui ini semua? Apa bedanya dengan ketika kita masih hidup di dalam panggung sandiwara, dimana kita hanyalah sebuah korban/tragedi kehidupan?<br />
<br />
Tentu saja berbeda, dan perbedaan disini adalah akarnya: Kesadaran. Pak Eddy pernah berkata bahwa kesadaran adalah kunci dari kehidupan. Kita sadar bahwa Sang Aku memberi yang terbaik bagi kita, dan kita menjalani kehidupan dengan sangat antusias, semangat, dan gembira. Kita sadar bahwa kita tidak pernah sendiri dalam menjalani kehidupan ini. Kita memiliki teman dan pelindung yang sangat mencintai kita, yang kita sebaiknya rajin untuk ajak mengobrol agar pengertian dan pemahaman kita bertambah dalam. Kita lebih rahayu dan bijaksana dalam menikmati kebahagiaan dan penderitaan yang kita jumpai dalam lika-liku kehidupan ini, dan kita semakin cepat belajar, paham, dan lulus. Tentunya juga, sang penyelenggara hidup kita sangatlah baik, dan maha pengasih. Kita bisa meminta untuk diberi pengertian, dan jika ada sesuatu yang kita inginkan, kita bisa mencoba untuk meminta kepadanya, dan memberikan petisi untuk perwujudan hal tersebut.<br />
<br />
Tetapi kita tidak lagi memaksa, tidak lagi kuatir, tidak lagi cemas, sebab semuanya indah pada waktuNya, dan hidup kita selalu merupakan perwujudan terbaik dari kehendak Sang Semesta. Tinggal kita memainkan peranan kita saja, melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan sehari-hari, berbuat kebaikan dan menolong orang lain, membawa kebahagiaan, dan menikmati hidup. Dan yang paling penting, tetap bersyukur dan meluaskan pemahaman dan pembelajaran kita mengenai misteri kita ini, yang merupakan misteri Sang Illahi, kehidupan, dan Semesta yang sedang menunggu kita untuk menguaknya, seperti sebuah kado natal yang menunggu untuk dibuka oleh seorang anak yang riang gembira.<br />
<br />
Ah.. Akhirnya, kutemukan cara hidup yang berkualitas.<br />
<br />
Salam Rahayu,<br />
Murid EdhakaMurid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-56437604064199068392016-01-09T19:35:00.002-08:002016-11-22T20:30:30.327-08:00Selamat Tahun Baru 2016!Para pembaca yang kuhormati dan kucintai,<br />
<br />
Maaf agak telat, tetapi Murid Edhaka yang ini turut mengucapkan selamat tahun baru 2016! Saya masih ingat, waktu sesi KKAS tahun 2013, Pak Eddy pernah berpesan bahwa ada pemadatan energi setiap 8 tahun sekali. Mulai dari tahun 2001, kemudian 2008, 2016, dan seterusnya. Wah, berarti tahun 2016 ini adalah tahun pembelajaran dan pemadatan energi yang bukan main luar biasa. Kata Beliau, ini merupakan "<i>S<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">atu proses namanya
dispersion, yang sudah diruntuhkan supaya bisa ditata ulang. Introducing
fundamental de(re)construction. Itu kehendak alam. </span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><i>Semuanya ditata bareng
dan semuanya akan berhadapan dengan dirinya sendiri karena tidak ada lagi
pengetahuan dari luar. Tapi dari dalam</i>."</span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span>
Berarti nampaknya tema tahun ini adalah melepas ego, dan melihat kedalam, ya. Oleh Mr. Eddy, kita ditantang untuk memerdekakan mind, body, dan soul kita. Merdeka dari apa? Merdeka dari berbagai persepsi, pendapat, (dalam bahasa Mr. Joe Vitale dan pempraktisi Ho'ponopono: dari berbagai program) yang tidak sesuai dan tidak berkenan. Nampaknya, cara termudah untuk melepas ego dan memerdekakan diri kita adalah dengan selalu ingat untuk kembali ke sang sumber kita, dengan mengembalikan diri kita ke "nol". Dengan <i>Manunggaling Kawula Gusti</i>, dimana ego kita bersatu dengan kebaikan.<br />
<br />
Saya percaya para pembaca memiliki cara masing-masing untuk me'nol' kan diri dan kembali bersatu dengan soul kita. Pak Eddy mengajarkan saya dengan afirmasi "Saya, Aku, dan Tuhan on-line!", dan tradisi Ho'ponopono mengajarkan mantra "Saya menyesal, Maafkan saya, Terimakasih, Saya mencintaimu." Kak Ira mengajarkan doa membersihkan hati, dimana kita berdoa dan memohon pada Tuhan untuk membersihkan kerak-kerak di hati kita. Apapun caranya, Murid Edhaka ini meniatkan untuk sering-sering dan rajin-rajin, kalau bisa 24/7, membersihkan dan me'nol'kan diri hamba ini.<br />
<br />
Sebagai penutup, saya tegaskan pembekalan yang saya sangat sukai dari Mr. Eddy: <i>"Yang penting, yang pokok, adalah pendewasaan dimensi dan pematangan jiwa
kita. When there is maturity, there is no problem at all. There is so many
problem but I don’t see it at all. Kita sendirilah yang berkewajiban untuk
menyempurnakan kesadaran kita, inilah yang kita panggil kewajiban asasi
manusia."</i><br />
<i><br /></i>
Selamat Tahun Baru, semuanya! Tahun ini pun hamba mohon bimbingan dan doa restunya. Semoga tahun ini pun kita rajin untuk memenuhi dan mewujudkan kewajiban asasi manusia kita, ya..!<br />
<br />
Terima kasih, terima kasih, terima kasih.<br />
<br />
Salam Rahayu,<br />
Murid Edhaka<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><o:p></o:p></span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-151083570976565552015-12-16T06:56:00.001-08:002016-11-22T20:29:20.127-08:004 Tahap Pencerahan + ManusiaPara pembaca yang terhormat, semoga Desember ini adalah bulan yang baik bagi kalian semua ya.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya lagi asik mengikuti ceramah/pelajaran dari Dr. Joe Vitale, dan saya belajar banyak. Boleh dibilang kursus/ajaran Dr. Vitale ini berpusat pada Ho'ponopono, ajaran tradisional Hawaii untuk membersihkan diri sendiri dengan empat kalimat yang dibacakan kepada 'divinity' atau HS kita: "Saya menyesal, maafkan saya, terima kasih, saya mencintaimu." Kenapa diri sendiri perlu dibersihkan? Memangnya kita kotor?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan, yang dibersihkan adalah semua program atau pikiran bawah sadar yang tanpa sepengetahuan kita, kita izinkan untuk menjalani dan mempengaruhi hidup kita. Dalam bahasa kita, program-program inilah yang menghalangi diri kita dengan sumber kita (yaitu HS kita). Kemudian, Dr. Vitale juga berbicara mengenai empat tahap pencerahan: <i>Victimhood, Intention, Surrender, </i>dan <i>Enlightenment. </i>90% orang-orang di sekitar kita masih berada dalam tahap "korban" atau <i>victimhood</i>, yaitu orang-orang yang masih fokus kepada drama-drama di dalam hidup mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kita belajar untuk mengendalikan hidup kita, entah itu melalui <i>law of attraction, </i>hukum penciptaan dan manifestasi, dsb, kita lulus dari tahap korban dan naik ke level <i>intention</i>, atau niat. Ego kita meniatkan hal-hal yang kita akan lakukan, dan kita sadar bahwa sesungguhnya kita bisa menjadi apapun yang kita mau. Kemudian, kita sadar bahwa kita tidak bisa mengendalikan semuanya. Ego kita, yang melingkupi pikiran kita, sangatlah terbatas. Yang kita pikir terbaik untuk kita mungkin sesungguhnya bukan. Oleh karena itu, kita menyerah <i>(surrender)</i> dan mengizinkan HS/soul/semesta untuk menyelenggarakan yang terbaik untuk kita, sementara kita terus bersyukur, mencintai, dan memberi yang terbaik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, sampai juga tahap pencerahan, dimana kita sadar bahwa sesungguhnya kita semua adalah satu, dan ada kebersatuan. Saya bukanlah badan, pikiran, atau perasaan saya. Saya adalah lebih dari semua itu, saya adalah bagian dari soul, yang merupakan bagian dari Tuhan yang menyelenggarakan hidup saya dan hidup semuanya di dalam lingkup semesta. Atau dengan bahasa Mr. Eddy, pencerahan adalah sadar, dan tahu, bahwa saya, adalah Aku, dan adalah Tuhan. Tidak ada yang namanya pemisahan, karena ketika lupa dan berpisah, yang terjadi adalah penderitaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dulu ketika mengobrol sama Mr. Eddy, Beliau sering berkata mengenai perbedaan diantara orang dan manusia. Akhirnya saya paham, bahwa seorang manusia adalah seorang orang yang sudah mencapai pencerahan. Ketika seorang manusia sadar, dan paham, bahwa "hidup adalah panggung sandiwara", maka iapun akan semangat dan sadar dalam menjalani kehidupannya. Tidak terlalu serius, karena dari sinetron bisa berubah jadi karma. Kata Pak Eddy: "Absolute optimistic, absolute positive thinking." dan "Yang tidak enak dirubah menjadi enak, yang enak dirubah menjadi enak sekali." Kemudian, kata Beliau, manusia adalah <i>process oriented</i>, tetapi orang adalah <i>results oriented</i>. Ketika kita sadar bahwa <i>resource</i> itu lebih penting dari <i>results</i>, maka kita tidak akan mengeluh, tetapi kita akan memberi dan menjalani dengan senang hati. Mencintai dengan semangat yang tidak bisa dipatahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga ingat bertanya kepada Mr. Eddy, bagaimana caranya saya bisa menjadi manusia. Kata Mr. Eddy, saya tidak usah ngapa-ngapain, cukup persiapkan diri saya saja, afirmasi bahwa saya, Aku, dan Tuhan adalah satu (online). Prosesnya otomatis. Anehnya (mungkin tidak begitu aneh, hehehe) Dr. Joe Vitale juga berbicara mengenai hal yang sama: Pencerahan tidak bisa dicapai dengan usaha, pencerahan adalah anugerah Tuhan. Hal yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah untuk mempersiapkan diri kita mencapai pencerahan, dan mengizinkan restuNya untuk mencapai diri kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Akhirnya, saya paham bagaimana caranya hidup dengan berkualitas..<br />
<br />
Salam rahayu,Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-4329217133799717772015-10-30T18:32:00.001-07:002016-11-22T17:58:02.697-08:00Berdarah-darah (Bagian 2)Para pembaca yang kucintai,<br />
<br />
Murid Edhaka ini lagi iseng membaca karya-karya lama dan kata-kata Pak Eddy, sehingga terpikir lagi mengenai <a href="http://katamutiaraedhaka.blogspot.com/2014/10/berdarah-darah.html">berdarah-darah</a> dan menikmatinya sendiri saja. Kemudian saya berpikir dan bertanya, kenapa dengan menikmati berdarah-darah malah menjadi lebih maju, ya?<br />
<br />
Ada dua alasan yang nampak:<br />
Pertama, sesungguhnya hidup kita ini adalah kita sendiri, dan ditentukan oleh hubungan diri kita dengan HS atau soul kita. Kita bisa saja lari kesana-kemari, menjerit-jerit minta tolong dengan orang-orang di sekitar kita. Tetapi, jika hubungan kita dengan diri sendiri tidak kita bereskan, maka nantinya hanya akan berdarah-darah lagi (tidak lulus-lulus).<br />
<br />
Sebab kedua adalah satu hal yang Murid Edhaka sadari ini: Dengan berdarah-darah dan kita melihat kedalam, maka sesungguhnya kita sedang belajar untuk mengandalkan diri kita sendiri. Kita jadi mau tidak mau membangun hubungan dan berkomunikasi dengan HS kita, sehingga akhirnya kelihatan pelajaran-pelajaran yang kita bisa petik, dan semuanya dari dalam diri kita sendiri. Bukan berarti HS kita senang ya melihat kita berdarah-darah: HS kita senang kalau kita senang. HS kita mau kita untuk belajar dan berkembang, tetapi mau kita nyaman dan bahagia juga. Kita hanya akan dibuat berdarah-darah sekali saja, dan makanya harus belajar dan diniatkan: Berdarah-darah dan belajarnya cukup sekali saja, begitu pelajarannya sudah dapat, maka sudah lulus! Kalau sudah lulus kuliah buat apa tes masuk SMP lagi?<br />
<br />
Oleh karena itu, kita bersama-sama bersyukur yuk kepada soul kita, kepada Tuhan, kepada sang penyelenggara hidup kita. Sebab karena kita mensyukuri dan mencintaiNya, maka kita diberikan dan diselenggarakan yang terbaik. Asiiik. Terima kasih!Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-23258680926312174122015-10-26T08:53:00.001-07:002016-11-22T17:57:37.045-08:00KonfidenHari ini saya iseng membuka FB dan melihat pos dari saudari Yuu mengenai sudah 2 tahun Bapak Eddy berpulang. Tidak terasa ya, dua tahun sudah cepat berlalu. Rasanya hanya seperti kemarin saja Mr Eddy tertawa dan memberikan energi hangat Beliau.. Semoga para pembaca masih senantiasa memeluk dan menjalankan sharing-sharing dan ajaran-ajaran dari Beliau ya!<br />
<br />
Untuk hari ini, Murid Edhaka ini sharing sedikit saja mengenai percaya diri. Saya dulu sekali pernah bertanya kepada Beliau, bagaimana caranya kita bisa konfiden, atau percaya pada diri sendiri.<br />
<br />
Jawaban Mr Eddy sederhana saja: "Casing kamu yang sekarang ini lucu deh, Mas Tommy. Kalau casing camu yang dulu, itu begini jawabnya: <i>Kalau orang lain saja bisa percaya sama saya, masak saya ga percaya sama diri saya? Jadinya orang lain sudah gausah percaya sama saya aja, gitu?" </i><br />
<i><br /></i>
Ya. Di saat saya kehilangan percaya diri, saya akan selalu mengingat kata-kata Mr. Eddy ini (yang konon katanya, kata-kata casing masa lampau saya juga). Artinya, alangkah baiknya jika saya tidak menyia-nyiakan kepercayaan orang lain, orang-orang di sekitar saya, orang-orang yang saya cintai, kepada diri saya dengan tidak mempercayai diri saya sendiri.<br />
<br />
Jadi, tidak apa-apa, maju saja dengan konfiden, dengan pemahaman yang baik.<br />
<br />
Salam Rahayu,Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-52918716105617416402015-09-20T21:22:00.000-07:002016-11-22T17:54:36.598-08:00Melepas KudaMelepas adalah menerima.<br />
<br />
Hai para pembaca yang kuhormati, tulisan kali ini pendek dan singkat saja ya, sebab ini cuma merupakan sebuah kesimpulan/ilham singkat yang diperoleh minggu ini.<br />
<br />
Kata-kata favorit Mr Eddy adalah belajar menjadi seorang sersan, serius tapi santai. Bukannya seorang komando yang apa-apa kerjaannya merintah terus! Pas ditanya kenapa, Beliau menjelaskan bahwa dengan santai dan sabar, semuanya menjadi enak, dan urusan malahan menjadi cepat beres ketimbang saat kita emosi dan buru-buru.<br />
<br />
Ketika saya merenungi kata-kata Beliau, saya terilham.. Kita semua adalah trinitas suci yang terdiri dari <i>mind, body, and Soul (Higher Self). </i>Higher Self kita selalu berusaha yang terbaik untuk bersatu dengan mind dan body kita. Di saat ketiganya selaras, disitulah kita mencapai suatu titik yang dinamakan <i>flow</i> atau mengalir. Ketika tiga menjadi satu, kita didorong oleh kekuatan cinta kasih ilahi dan mampu berkarya dan menjadi luar biasa.<br />
<br />
Saya akhirnya sadar, bahwa artinya santai, melepas, dan menerima adalah mengizinkan HS kita untuk bersatu dengan kita. Ketika kita santai dan menerima apa adanya (dan tentunya tetap menjalankan tugas kita sehari-hari dengan bersyukur dan tulus), maka HS kita diberikan sebuah otonomi atau kekuasaan untuk mengendalikan alur hidup kita. Tugas/kewajiban HS pun lebih mudah untuk dipenuhi, kitanya pun menjadi lebih beruntung dan lancar.<br />
<br />
Sebab, HS kita tidak pernah menargetkan apapun. Beliau senantiasa mengizinkan kita mengatur sendiri: Apabila badan dan otak kita adalah kuda, HS kita adalah pengendaranya. Namun, sebagai seorang pengendara, HS kita membiarkan kuda tersebut jalan sesuai kemauannya. Tentu saja, sang pengendara ujung ujungnya tetap akan berusaha membimbing kuda tersebut ke jalan yang benar, tetapi bukannya tugas pengendara menjadi sangat lebih mudah jika kuda yang dikendarainya santai dan mengizinkan dirinya untuk diarahkan oleh sang HS? Ataukah kita adalah kuda yang liar, memberontak, dan meronta-ronta terhadap pengendara kita?<br />
<br />
Sampai, sih akan sampai juga semuanya, pada akhirnya. Tetapi, kuda yang pintar tidak pakai banyak berdarah-darah atau nyasar segala.. Hehehe. Biarlah hamba ingat untuk menjadi seorang kuda yang lebih santai (tetapi harus tetap jalan maju terus ya.. kalau diam saja maka bukanlah seekor kuda yang berguna.)<br />
<br />
Salam Rahayu,Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-37963540822659898872015-09-01T11:12:00.000-07:002016-11-22T17:53:45.002-08:00Sayang Itu Bukan Cinta, Bukan Kasih<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Halo lagi para pembaca yang terhormat.. Mohon maaf blog ini sudah seperti mengumpulkan sarang laba-laba.. Apakabar? Semoga semuanya <i>fine, as always ya.</i>. :)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Musim panas yang barusan berakhir ini, Murid Edhaka yang satu ini memang sempat galau mengenai masalah cinta. Jadinya tulisan kali ini sepertinya akan menyambung tulisan dari bulan Febuari lalu mengenai "<a href="http://katamutiaraedhaka.blogspot.com/2015/02/manusia-konsekuen.html">Manusia Konsekuen</a>". Kita langsung meluncur menuju pertanyaan utamanya saja ya, yang mestinya saya tanyakan pada Mr Eddy (sayangnya tidak sempat..)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Apakah arti dari cinta? Apakah yang dimaksud dengan mencintai?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Mungkin para pembaca bingung, kok tiba-tiba Murid Edhaka yang ini jadi galau? Bertanya apa arti cinta? Baiklah, dijelaskan. Pak Eddy memang pernah bilang ke saya untuk hati-hati: "<i>Kasihan tidak sama dengan cinta.</i>" Sebab, kata Beliau, "<i>Kasihan adalah naif dan napsu. Kalau kamu kasihan, pasti ada maunya, kan? Kalau kamu cinta itu tanpa syarat.</i>"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Beliaupun melanjutkan.. "<i>Kalau kamu kasihan itu kayak orang tua yang terlalu sayang sama anaknya. Jadi, kalau kamu
teralu sayang, nanti anaknya jatuh. Kayak teralu dimanjain begitu, overkasihan,
eh malah jadi ngelunjak. Jadi gini, kamu kan niatannya berbuat baik, tapi kalau
kamu terlalu baik sama dia, terus dia jadi ga bisa jalan atau lumpuh gara2 kamu
tolongin terus, kan jadi ga bagus?</i>"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Setelah saya diputuskan oleh sang pacar, (dan tahu, apapun yang terjadi nantinya sekarang harus saya lepaskan dulu) saya melihat kembali hubungan saya dengannya. Di saat itu saya menjadi <i>ngeh</i>, bahwa bukan saja dengannya, tetapi dengan kekasih-kekasih sebelumnya, hubungan tersebut memang dimulai dengan rasa kasihan atau simpati, dan tentu saja melibatkan nafsu. Walaupun saya harus paham bahwa yang namanya manusia lahiriah, memiliki jasad dan jasmani, tentu saja tidak akan terlepas dari emosi dan nafsu, bukan berarti kita tidak belajar untuk memahami dan "berdamai" dengan emosi dan nafsu kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ketika saya akhirnya tahu bahwa mantan saya sudah mencintai (dan dicintai) oleh lelaki lain, awalnya saya sangat cemburu dan marah. Sama juga seperti hal-hal kecil yang meretakkan hubungan saya dengannya: Saya memiliki ekspektasi kepadanya, saya berharap kalau ia bersyukur atas hal-hal yang saya telah perbuat untuknya, untuk hal-hal yang telah saya korbankan deminya. Kata Pak Eddy, "<i>You are sacrificing the value of sacrifice when you bring up your sacrifice</i>".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dan sungguh betul kata-kata Beliau tersebut. Kalau saya sungguh-sungguh mencintainya, maka saya akan melepasnya. Saya tidak akan berharap apapun darinya, saya akan ikhlas. Bahkan tidak apa bila dirinya tidak mencintai saya kembali. Tidak apa bila dirinya menemukan kekasih yang lebih baik daripada saya. Sebab, bila saya mencintainya, kebahagiaannya adalah kebahagiaan saya. Kalau ia memang hak hamba, di masa depan pasti masih ada jalan kembali. Kalau bukan, tetapi pada akhirnya kita sama-sama berbahagia di jalan yang berbeda, maka tidak apa-apa, bukan?</span></div>
<span style="font-family: inherit;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Para pembaca yang kucintai dan kuhormati, tulisan kali ini memang lebih untuk Murid Edhaka yang ini, yang tengah menyembuhkan hatinya yang terluka. Semoga dengan setiap tetesan air mata dan darah Murid Edhaka yang satu ini menjadi lebih dewasa, dan lebih paham arti dari cinta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Jadi, apakah arti cinta itu? Mungkin sudah dibahas di blogpost berjudul <a href="http://katamutiaraedhaka.blogspot.com/2014/11/wanita.html">wanita</a>, ya.. Tetapi setelah melalui ini hamba menjadi lebih paham mengenai tulisan tersebut. Inilah jenaka daripada sandiwara dunia, bahwa sesungguhnya semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita ada di depan mata kita, tetapi kita masih belum paham sehingga jawaban tersebut luput dari diri kita. </span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Baiklah, kata Mr Eddy, cinta adalah semangat yang tidak bisa dipatahkan. Sekarang, saya akan niatkan untuk bersemangat dalam kehidupan, dalam mengenapkan diri saya sendiri. Sehingga suatu hari nanti, saya akan menemukan seseorang yang saya layak untuk <i>share </i>kelengkapan saya ini. Sebab, salah satu hal yang paling penting setelah kita lepas dari rahim ibu kita dan sebelum kita masuk kembali ke lubang kuburan kita adalah mencari seorang jiwa untuk kita bagikan kegenapan kita ini. Untuk kita berjalan bersama, saling paham, saling mendukung, sampai terwujud potensi kita yang tidak terhingga yang diberikan oleh sang Tuhan yang bersemanyam di dalam jasmani kita.</span></div>
<span style="font-family: inherit;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ah dan, terimakasih kepada pembaca yang setia. Murid Edhaka ini bersyukur untuk menemukan sahabat di dalam diri kalian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Salam Rahayu,</span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-12659596367685140662015-06-14T11:18:00.001-07:002016-11-22T17:49:25.127-08:00BerteoriHai lagi para pembaca yang terkasih dan terhormat :)<br />
<br />
Kali ini memang bukan secara langsung ajaran dari Mr Eddy, tetapi merupakan sebuah rangkuman/makalah yang hamba kumpulkan dari berbagai sumber, dan melekat menjadi sebuah teori panduan hidup. Segala macam masukan diterima dengan baik, jadi silahkan <i>reach out</i> ya!<br />
<br />
Menurut hamba pribadi teori ini sangatlah sederhana saja, kalau komplikasinya silahkan direnungkan sendiri ya ^^<br />
<br />
Saya terilham bahwa kehidupan ini setidaknya terdiri dari empat tingkatan (levels):<br />
Level 0: Sinetron. Dimana ketika kita hidup dengan kasat mata saja, tanpa kesadaran. Terikat dan melekat kepada drama-drama kehidupan sehari-hari, dan malahan menimbulkan karma.<br />
<br />
Level 1: Adalah Penciptaan atau Manifestasi. Di tingkatan ini, sang orang berubah menjadi calon manusia, mulai bisa membedakan sinetron dan narasi di belakangnya. Calon manusia tersebut juga mendapat anugerah penciptaan/materialisasi, baik di alam lahir(materi) maupun alam batin(implisit), baik bagi dirinya (awalnya) maupun bagi orang lain (akhirnya). Proses penciptaan ini juga merupakan bagian dari "tugas" yang harus dijalankan, dan caranya bermacam-macam, dari hidup sehari-hari (tetapi sadar) sampai memakai mantra, visualisasi, doa, afirmasi, dan sebagainya.<br />
<br />
Level 2: Adalah Penerimaan atau Acceptance. Di tingkatan ini, kesadaran itu membuat seorang calon manusia menjadi manusia sejati, dimana terjadi penerimaan apa adanya dan kepasrahan yang sesuai dan pada tempatnya. Sejalan dengan waktu, manusia tersebut mampu menerima apa adanya: penerimaan adalah bersyukur, senyum dan memberi (makanya ada yang bilang menerima adalah memberi.. hahaha) dan disini terdapat kenyamanan. Sang manusia bebas dari kemelekatan terhadap hasil dari penciptaannya di level 1 berkat kesadarannya, dan mampu menerima dan mencintai apa adanya.<br />
<br />
Level 3: Adalah Kebersatuan. Ketika sang manusia mencapai tahap menerima apa adanya, dan menyadari nature-nya yang sesungguhnya (bahwa keTuhanan sesungguhnya ada di dalam dirinya, dan dengan begitu, maka sesungguhnya ia adalah Tuhan) serta mencapai kepasrahan dengan ikhlas, maka di saat ini adalah saat yang terdekat baginya untuk tidak dilahirkan kembali di dunia ini. (Sebab dia sudah paham, sudah lulus kuliah, ya kalau disuruh sekolah lagi kan tidak pantas..) Disinilah terdapat manunggaling kawula gusti, dimana ego bersatu dengan kebaikan, tidak ada lagi putih dan hitam, baik dan jahat..<br />
<br />
Adapun rumus-rumus matematika sebagai berikut:<br />
- 0 + 0 = 0. Apabila kita membulat, terikat dengan sinetron dan drama, maka kita hanya akan berputar disitu saja dan tidak habis-habis karma kita. Maka lingkaran tersebut biarlah dipatahkan dengan kesadaran dan kebijaksanaan..<br />
- 2 = 1 + 1. Penerimaan itu terdiri dari penciptaan-penciptaan. Ketika seorang calon manusia sudah rajin mencipta dan sukses, dan ia rajin merenung, maka ia akan sadar kalau materi (fisik) sesungguhnya ialah hampa, maka ia akan melepas dan menerima. Dengan belajar melepas dan menerima, hal-hal materi malah akan melekat juga; jadi sesungguhnya dengan belajar menciptakan kita belajar untuk menerima (hasil ciptaan kita), dan dengan menerima kita membantu proses penciptaan kita. Harmonis, terdiri dari satu sama lain. Dan tidak bisa dilongkap-longkapi.<br />
- 1 + 2 = 3. Untuk mencapai kebersatuan, atau manunggaling kawula gusti, tidak hanya menerima atau pasrah saja, tetapi juga harus menuntaskan tugas/kewajiban kita di dunia ini. Bagaimana cara menuntaskannya? Yaitu dengan melakukan penciptaan bagi diri kita dan orang lain. Berkarya. Apabila sudah tuntas tugas kita, sudah habis karma kita dan malah membawa darma, serta dilakukan dengan tulus dan ikhlas, maka menjadilah hak kita (apabila disertai kepasrahan) untuk mencapai kebersatuan/kemanunggalan. Oleh sebab itu pentingnya untuk menciptakan, menjalankan tugas sehari-hari, untuk membuat hidup kita nyaman, sebab disitu terdapat realita yang jauh lebih berharga daripada teori yang tidak dipraktekkan.<br />
<br />
Kemudian, terdapat juga implikasi dari dinamika kehidupan yang berarti kita bisa hidup dan berpindah-pindah dari satu tingkatan ke tingkatan lainnya. Banyak sekali yang saya hormati sering berpura-pura hidup sebagai level 0, supaya dapat diterima oleh orang-orang disekitarnya, supaya bisa membantu orang-orang tersebut. (sebab kalau tidak diterima maka diberi bantuan pun akan ditolak..) Padahal sesungguhnya sudah mampu mempertahankan kebersatuan alias sudah hidup di level 3. Selain itu nampaknya juga masih banyak tingkatan-tingkatan selanjutnya, atau juga tingkatan diantara tingkatan (masih dapat diperulas/diperdetil lagi). Tapi hak ilmu hamba sampai segini dulu saja ya :) semoga berguna dan bermanfaat!<br />
<br />
Salam Rahayu,Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-10449319567272194312015-05-26T09:24:00.003-07:002016-11-22T17:48:21.829-08:00Kopi Darat<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Salam rahayu, para pembaca yang terkasih..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pertama-tama ingin bersyukur dulu karena hari Sabtu lalu Murid Edhaka ini ikutan KKAS, mendengar sharing Kak Wisnu dan Kak Anne, serta belajar banyak dari kakak-kakak seperguruan lainnya. Terimakasih :) Kenapa kopi darat? Soalnya ceritanya kan soulnya sudah berjumpa dulu, baru dipertemukan secara lahir/casing melalui KKAS. Waduh, bersyukur sekali warisan Mr Eddy masih hidup sampai sekarang, dan para muridnya masih tetap saling mendukung dan memberi energi positif. Terimakasih lagi :)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Untuk afirmasi seberapa pentingnya saling share (yang banyak terjadi di KKAS kemarin), kata-kata Mr Eddy adalah: <i>"Sharing dalam keadaan interaktif sosial itu sangat unique sekali. Sebab
dengan sering-sering sharing-sharing begini, kesadaran kita makin bertambah.
Dan hanyalah kesadaran kita itu yang mampu membuat kita benar-benar bahagia."</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Waktu itu Beliau sedang membahas materi di KKAS juga, makanya tidak heran ya Beliau selalu minta setiap anggota untuk share setiap selesai meditasi. Saya juga pernah diajarkan, kalau katanya kita share, dan memberi nasihat kepada orang lain, sesungguhnya nasihat/saran yang kita keluarkan adalah cerminan dari nasihat/pesan-pesan yang kita sedang perlukan. Waah.. Gak akan saya pelit sharing lagi deh.. hahaha. Tapi, mohon diingat indah pada waktunya juga ya, hehe.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Selain itu, sharing-sharing kakak-kakak dari KKAS mengingatkan saya terhadap nasihat Mr Eddy tentang sikap manusia moderen:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">1. Manusia moderen itu selalu "Fine as always." Kata Beliau: <i>"Jadi seseorang harus berani, coba challenge aja konsekuensinya. Any problem
is a prospect. If we see a problem as a burden, we are the loser! Say to
yourself: “No problem at all, I am aware! I am the risk taker, I am a
challenger!” </i></span><i><span style="font-family: inherit;">Percuma kan, kalau kita diciptakan Tuhan sebagai wakil Beliau yang paling
hebat, tetapi ga mau tahu dan ga mau sadar, malah takut-takut. <span lang="AF">If you realize how powerful your mind is, lo ga
bakal ngomong (atau bahkan berpikir) sembarangan lagi. Tenang aja, though. Alam
semesta selalu empower, initiate, and privilege. The point is: Be yourself and
everything will be fine. Don’t jump to conclusions. No judgement. Ga usah
muluk2. Suruh pikiran: eh lu pikiran, diem aja! Tidak perlu berpikir teralu
banyak."</span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="AF" style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Seperti yang di-share oleh Mas Wisnu yang selalu kembali ke prinsip pribadinya disaat menemukan rintangan, atau seperti Kak Anne dan kakak-kakak yang lainnya yang selalu <i>go with the flow </i>dan PeDe saat ada hambatan, dan meyakini kalau HS akan membukakan jalan. Karena, seperti yang sudah di share juga, kalau kita takut, atau kejepit dan memaksa, malah jadi tidak tepat, dan hasilnya tidak akan berbuah. Kalau saya pribadi dulu sering merasa kurang <i>faith</i>, saran Mr Eddy cuma mindsetnya saja dirubah, "tinggal percaya saja, gampang kan?". Maka murid Edhaka ini sekarang berusaha tersenyum, bersyukur, dan mewujudkan saja... hehehe</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">2. Manusia moderen itu ingat untuk membuat nyaman, dan menikmati hidup. Ini kata-kata Mr Eddy: <i>"</i><i>Ketika Anda sadar, Anda akan mampu menikmati yang tidak enak sekalipun, dan
merubah yang tidak enak menjadi enak, dan yang enak menjadi enak sekali. Suatu
hari, ketika itu terjadi, Anda baru bisa merasakan hidup yang sesungguhnya.
Anda hanya perlu split second untuk merubahnya.Yang penting, yang pokok, adalah pendewasaan dimensi dan pematangan jiwa
kita. When there is maturity, there is no problem at all. There is so many
problem but I don’t see it at all. Kita sendirilah yang berkewajiban untuk
menyempurnakan kesadaran kita, inilah yang kita panggil kewajiban asasi
manusia. Mind kita itu manual, namun soul kita itu automatic. Pet pet pet dan besss,
terjadilah kehendak soul (HS) mu itu. Kesadaran mampu menyempurnakan kehidupan,
dan kesadaran adalah segala-galanya."</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Kak Anne banyak sekali berdisuksi mengenai kenyamanan (dengan contohnya yang merubah rambut panjang menjadi rambut pendek ya.. hehehe) Alangkah indahnya hidup jika kita berani membuat segala sesuatu menjadi nyaman. Hal yang tidak enak kita rubah menjadi yang enak, dan yang enak kita jadikan enak sekali. Kalau boleh saya terjemahkan sedikit, kata kuncinya adalah sadar, atau kesadaran. Sebab, dengan sadar, kita ingat, di dalam keadaan apapun, walau bagaimanapun, dengan siapapun, dan kapanpun, kita selalu punya pilihan dan kita adalah bebas sebebas-bebasnya. Kita punya kekuatan, kemampuan, dan kapabilitas untuk merubah hidup kita dan membuatnya lebih nyaman. Mulai saja dari hal-hal kecil, kalau Kak Anne rambutnya, saya mungkin merubah pakaian yang saya pakai, biar agak longgar-longgar sedikit yang penting nyaman ya.. hehehe. Saya percaya, ketika kita membuat dunia kita lebih nyaman, kita lebih bahagia, dan dunia orang yang di sekitarpun akan terasa lebih nyaman. Kalau setiap orang berpikiran dan melakukan hal yang sama, jadi surga deh. hehehehe. Asal nyamannya tidak membuat orang lain merasa nggak nyaman ya.. hahaha..</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Oh juga, dengan kesadaran, kita jadi sadar kalau masalah itu sebenarnya hanyalah ilusi yang kita ciptakan (atau diciptakan oleh masyarakat, supaya ada yang namanya sinetron). Tapi biasanya saya suka lupa aja. Ketika melupakannya, masalah itu nampak banyak sebanyak-banyaknya, besar sebesar-besarnya, tidak habis-habis. Tetapi, dengan mengingatnya, segunung masalah pun sirna, dan meminjam kata-kata Mr Eddy lagi, dari gudang masalah, kita mampu untuk berubah menjadi pemberi solusi masalah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Berteka-teki yuk, saya menulis "melupakannya" dan "mengingatnya", "nya" dalam kalimat tersebut merujuk kepada hal apa ya? Hehehe...</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sekian, terimakasih! Semoga KKAS boleh berlangsung terus ya.. Terimakasih kepada panitia yang sudah bekerja keras dan para peserta-peserta yang sudah datang dan sharing.. :)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Salam Rahayu,</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><o:p></o:p></span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-51300935757991397302015-04-28T18:49:00.000-07:002016-11-22T17:45:40.090-08:00Narsis<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Haii para pembaca yang kuhormati dan kucintai,</span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ini mungkin kesannya memang kurang baik, tetapi mau bergosip sedikit tidak? Pak Eddy pernah cerita lho, ke saya, apa "kelemahan" Beliau. Penasaran?</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Kata Beliau, kelemahan terbesarnya adalah "narsis". Kata Pak Eddy, para malaikat pun terkadang sampai geleng-geleng kepala sendiri melihat betapa narsisnya Mr Eddy. Tetapi Beliau kemudian menjelaskan sambil tersenyum manis kalau sebuah "kelemahan" itu memang diperlukan di kehidupan kita ini. Toh namanya juga manusia, bukan dewa, kan. Pura-pura lemah aja gitu, pura-pura salah, yang penting terkendali dengan baik. Jangan kebablasan! Begitulah kira-kira yang diutarakan Mr Eddy.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Mr Eddy pun menjelaskan mengenai narsis:</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;">"Narsis itu mencintai diri sendiri. Karena ini ciptaan Tuhan. Kalau Aku
mencintai Tuhan itu melalui mencintai diri sendiri, mencintai ciptaannya.
Setelah aku mencintai diri sendiri, aku layak dicintai dan mencintai. Aku mencintai diriku sendiri karena aku
adalah ciptaanNya. Baru bisa aku dicintai, mencintai, dan sehingga akhirnya
saling mutual.</span></i></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><span lang="AF" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Mencintai diri sendiri
itu di keep to yourself saja, tidak perlu di-expose kepada siapapun. Santai
saja men. Kemudian, proses itu adalah sebuah proses yang sangat sederhana.
Misalnya, bisa dicoba saat kamu mandi. Tubuh itu terdiri dari 7 lapis: Rambut,
kulit, daging, urat-syaraf, darah, tulang, dan sumsum. </span>Coba saja, ga ada satu bagian. Semuanya pasti berantakan. Kalau komplit
tujuh-tujuhnya, bisa diseret kemana-mana. Siapa yang seret? Otak. Nah, terus
waktu kamu mandi, disebut: “Aku terimakasih, kamu sudah mau aku ajak
kemana-mana.. sudah rela aku seret-seret.. aku juga mohon maaf, kayaknya ga
pernah kasihan sama kamu. Setelah aku sadar, aku jadi ilfeel deh.”</span></i></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;"><br /></span></i></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;">“yuk, mari, kita mandi bareng biar segar. Pakai sabun yang wangi..”</span></i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="AF" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt;"><i>Itulah mencintai diri. Kamu kembangkan sendiri, apa yang perlu lagi.
Petunjuk: Aktifitas-aktifitas yang diperlukan untuk pemeliharaan badanmu
terlebih lanjut seperti makan, tidur, dan sebagainya. Sadarilah bahwa kamu
melakukan semua itu, meluangkan waktu yang berharga itu, tidak lain untuk
dirimu..</i>"</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="AF" style="font-family: inherit; font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Hihihi. Ternyata narsis pun dalam juga ya hikmahnya. Semenjak diajari ini oleh Mr Eddy, murid Edhaka ini tidak pernah mandi tanpa mendoakan badanku ini. Doa ini juga baik supaya kita bisa mandi dengan lebih <i>mindful</i>. Sebab, kata Mr Eddy, tubuhmu adalah buku tertua yang ditulis oleh Tuhan sendiri, tubuhmu adalah cangkang superior yang memiliki energi dan potensi yang dasyhat sekali. Masa kita ngga jaga baik-baik? Tapi yah, kalau boleh jujur, murid Edhaka ini juga sering lupa menjaga baik-baik dirinya, hampir tiap hari diseret-seret, kurang olahraga, tidur ga teratur, makan ga sehat, dsb dll hahaha. Yaah... Jadi kepingin menjadi narsis juga ya rasanya..</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Selain itu, saya pernah menulis soal <i>naikan</i> (terapi melihat kedalam) di blog post saya yang sebelumnya. Ternyata, terapi <i>naikan</i> itu juga bisa, dan baik untuk kita aplikasikan ke anggota tubuh kita. Misalnya, kita fokus ke satu bagian, kaki: Oh kaki, apakah hal baik yang pernah engkau perbuat untuk saya, apakah saya pernah merepotkan engkau, dan apakah hal baik yang pernah saya perbuat untuk engkau. Menjawabnya sederhana saja: Kaki, saya bersyukur karena engkau selalu membawa saya kemana-mana dan memberikan saya kebebasan. Saya mohon maaf karena waktu itu saya bawa kamu jalan-jalan di Kyoto dan Nara, sampai pegel-pegel pun masih saya seret-seret. Saya akan jaga kamu baik-baik, dan beli sepatu yang alasnya nyaman untuk kamu. Saya mencintaimu, kaki.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Kalau kata Rhonda Byrne, pengarang the Secret, setiap kali kita bersyukur akan sesuatu, kita akan mendapatkan berlipat ganda. Itulah kekuatan pikiran, apapun yang kita pikirkan maka kita akan dapatkan. Jadinya, dengan kita belajar menjadi narsis, belajar mencintai diri kita sendiri, belajar mensyukuri kesehatan kita, ternyata kita akan diberi kesehatan dan kemudaan (forever young and fit) yang semua orang dambakan. Hehehe. Kalau pabrik obat bangkrut jangan salahin murid Edhaka ini ya hehehe.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Wah Mr Eddy, punya kelemahan kok malah yang bisa buat ngajarin para murid-murid ya? Hehehe.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Salam Rahayu,</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in;">
<span lang="AF"><o:p></o:p></span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-57387154740962785822015-03-29T10:12:00.001-07:002016-11-22T17:44:32.458-08:00Kekuatan PikiranPara pembaca yang terhormat,<br />
<br />
Hari ini pendek aja kali ya, hehehe. Soalnya cuma cerita pengalaman peribadi saja (sekalian nyolong-nyolong curhat, gitu.. hehehe). Kata mutiara hari ini dua kata saja yah: Kekuatan pikiran.<br />
<br />
Kata Pak Eddy, begitu kita sadar akan seberapa kuatnya pikiran kita ini, kita ngga akan ngomong sembarangan, bahkan ga akan berani mikir sembarangan lagi. Seperti biasa, pada saat Beliau bersabda, murid Edhaka yang ini merasa mengerti. Ternyata tidak juga, karena begitu dijalani kehidupan ini barulah murid Edhaka ini perlahan meresapi hikmah daripada kekuatan pikiran.<br />
<br />
Kita semua diciptakan dengan kemampuan untuk merubah realitas dan untuk menciptakan. Terkadang pikiran itu memang bukan milik kita, tetapi intuisiku adalah kita harus belajar memilikinya, dan bertanggung jawab atas pikiran tersebut. Karena kalau tidak, bisa gawat jadinya. Ambil contoh, waktu saya berantem sama pacar saya, pikiran negatif yang saya akumulasikan terhadap dia sungguh kelewat parah, sampai sampai akhirnya kita harus mengakhiri hubungan kita ini.<br />
<br />
Tetapi, di dalam kegelapan tersebut, arah sebaliknya juga sama kuatnya. Perlahan-lahan saya berdoa, meminta kesempatan untuk meminta maaf dan memperbaiki persahabatan kita. Di hari terakhir kita berjumpa, sebelum dia balik ke Amerika, dia bilang dia ingin makan sushi. Saya pelan-pelan berdoa ke HS (Higher Self) saya: "Tolong bantuin dong, HS, carikan tempat makan sushi yang enak, yang nyaman supaya kita bisa ngobrol dengan santai dan baik-baik." Saat itu tengah turun hujan, dan kita sedang mengeksplorasi kota baru. Saya sudah hendak menyerah saja, sebab tidak lama lagi, dia harus naik kereta untuk kembali ke bandara.<br />
<br />
Saat saya menyerah dan memutuskan untuk berjalan kembali ke hotel, tiba-tiba muncul sebuah restoran sushi. Saya berbelok dan mengajaknya untuk makan disana. Saya bersyukur, sebab semuanya berjalan dengan lancar; kita duduk dan menikmati makanan serta percakapan kita disana. Dia pun mampu mengutarakan semua kekesalan dan kekecewaannya terhadap saya, sehingga akhirnya saya mampu meminta maaf dengan tulus, dan berpisah dengan baik-baik.<br />
<br />
Sejak saat itu saya tidak berani lagi meremehkan kekuatan pikiran ini. Saya berusaha untuk rajin-rajin menangkap pikiran yang kurang baik, dan memohon ampun kepada HS saya. Mohon ampun, tolong pikiran yang tadi jangan dijadiin, kasian kalau jadi beneran.. hahaha. Memang seram, tetapi indah, kekuatan pikiran kita (:<br />
<br />
Salam rahayu,<br />
<br />
<br />Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-81298662050055902862015-03-11T08:05:00.002-07:002016-11-22T17:43:55.105-08:00Tanya JawabBertanyalah, maka engkau akan mendapat jawabannya. Kecuali ya sudah paham, itu bertanya pada diri sendiri saja, udah langsung dapet kok jawabannya. Kan udah tau, lebih kayak mengulang atau diingatkan ya.. hehe.<br />
<br />
Terakhir kali bertemu Mr Eddy, sebelum Mr Eddy berpulang, saya menanyakan Beliau sebuah pertanyaan, dan jawaban Beliau indah sekali makanya saya ingin share. Semoga bermanfaat :)<br />
<br />
---<br />
Murid Edhaka: Jadi kita mampu menciptakan semuanya sendiri. Tetapi kadang saya juga
belajar untuk terima apa adanya. Jadi apakah kita harus berusaha menerima atau
merubah sesuatu?<br />
<br />
Pak Eddy: Oh tentunya, sesuatu hal yang tidak nyaman, tidak enak, kita pengen merubah
menjadi lebih enak.. tetapi sikap hidup kita,<i> at the first</i>, kita terima dulu.
Jangan kita ga terima dulu. Itu maksudnya untuk mendidik body and mind kita,
seperti karakter soul kita. Karena karakter soul kita, dikasih Tuhan: "Nih, elo
pake body yang jelek ya?"<br />
<br />
"Haaahh.. kok gitu sih, Tuhan..?" (Tidak, HS kita tidak akan pernah ngomong gitu). Sebaliknya, dia bakal bilang: “Siap bos, laksanakan!” (sambil pake gaya hormat ala militer). "Wahh gue cakepnya kayak gini,
casing gue jelek banget.. tenang, aku akan ciptakan macem macem, aku jadi orang
terkenal, aku jadi hebat, cewe cewe cantik pada dateng.. terimakasih Tuhan..
segala kejelekan yang aku terima ini sempurna Tuhan.. "<br />
<br />
Tuhan: Syukurlah kalau kamu
mengerti kesempurnaan. Justru aku ciptakan kamu dengan kekurangan supaya kamu
bisa sempurna..<br />
---<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Siap, Mr Eddy! Laksanakan! Semoga kekurangan-kekurangan ini mampu membuat kesempurnaan kita menjadi lebih sempurna.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Hehehe.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Salam Rahayu,</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><o:p></o:p></span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-4359570299338616012015-02-24T15:29:00.001-08:002016-11-22T17:42:29.116-08:00Manusia KonsekuenSalah satu privilege saya untuk pernah bertemu Mr Eddy adalah Beliau senantiasa memberi murid-muridnya nasihat untuk kehidupan. Lucunya, pas kita mendengar nasihat Beliau, kita benar-benar merasa: "Yaa, tidak masalah, pasti saya bisa jalani.. Makasih ya Pak, atas nasehatnya.. Saya mengerti kok, paham betul kok, maksud Bapak."<br />
<br />
Kemudian, ketika kita menjalani kehidupan ini, kemudian kena batu sandungan, kita mengerang-erang terluka. Kita lupa akan pengertian dari nasihat Beliau. Kita lupa akan nasihat Beliau, sama sekali. Kita mengeluh, kita marah-marah, kita menderita. Mengapa kita? Kemudian sang Semesta akan membawa diri kita untuk mengingat ajaran Beliau.<br />
<br />
"Oh iya ya, dulu kan Pak Eddy pernah bilang begitu. Aduuh, pas dilihat keadaanku yang sekarang, kok rasanya nancep banget ya? Pas banget. Sakit memang, tapi ini adalah kesempatan emas untuk menjalankan nasihat Beliau." Dan ketika kita benar-benar bisa meresapi dan menjalankan nasihat beliau, barulah kita benar-benar mengerti, paham dan mampu memaknai nasihat Beliau secara luar-dalam.<br />
<br />
Sadis, memang. Berarti, untuk setiap nasihat, atau teori, kemungkinan besar (atau pasti), akan ada sebuah <i>life event </i>untuk menginisiasi kita dan memastikan kita benar-benar mengerti akan <i>life lesson</i> tersebut. Kalau tidak, ya kita tidak akan mengerti-mengerti. Hehehe. Apakah berarti setiap kesulitan hidup harus kita terima sebagai kesempatan untuk mematangkan persepsi kita dan menerapkan ajaran Mr Eddy? Lah, kok kita malah harus senang ya, malah harus bilang.. asyikkk... saat diberi kesulitan dan ujian oleh sang Semesta, ya? Hahaha. Makanya kita terlihat gila di depan mata orang awam. Tidak rasional. Sebab kita tidak takut sakit. Kita tidak takut sengsara sebentar, yang kita mampu nikmati, untuk bahagia selama-lamanya.. hehehe<br />
<br />
Murid Edhaka ini kasih contoh ya:<br />
<br />
Mr Eddy selalu berkali-kali bilang, berkali-kali menegaskan: Menjadi manusia itu harus menjadi seorang manusia yang konsekuen:<br />
<br />
"<i>Padahal kan gue udah milih yang enak tom, elo milih yang ga enak. Tapi
kenapa elo lebih canggih daripada gue? Gue milih yang enak lambat gue. Elo
cepet smartnya. Kasi tau gue tom kenapa? Mmmmm.. kalo gue sih filosofinya beda
ama lo.. kalo lo kan maunya enak sebentar. Enak sebentar, enak sebentar untuk sengsara
selamanya.. kalo gue sengsara aja sebentar, gue nikmati. Abis itu.. ya enak
selamanya.. hahaha gue ikut lo aja deh. Enakan gitu. Kenapa dari dulu aja ya
gue ikut? Karena dulu perasaan gue bener.. lo juga bener.. gue juga bener..
kalo lo salah, gue juga salah.. my friend, masalahnya bukan salah atau benar,
tapi masalahnya lo konsekuen apa ngga. Kalo elo konsekuen ya gaada masalah..
masalah mulai muncul karena kita tidak konsekuen. Karena masalah itu kita
ciptakan. Kalo kita konsekuen tidak ada masalah juga. Begitu kita ga konsekuen,
nah loo.. berhadapan sama kreasimu sendiri..</i>"<br />
<br />
Jadi, saya beranggapan kalau saya adalah seorang manusia yang konsekuen. Ya, saya berani saja, apapun yang terjadi, saya tanggung resikonya. Lah, begitu putus cinta (diputuskan.. hehehe). Kok langsung sedih, langsung kecewa, langsung pesimis, langsung marah-marah? Kalau konsekuen kan berati sudah siap menanggung resikonya. Pas lagi mulai menjalani cinta, kalau konsekuen, berarti sudah siap untuk suatu hari apabila cintanya harus putus.<br />
<br />
Memang tidak gampang sih, untuk langsung terima apa adanya begitu saja, dan menanggung resiko dan berhadapan dengan hasil kreasiku sendiri. Namanya juga masih hidup di dunia ini ya, masih ada keterbatasan <i>casing. </i>Tetapi, kesadaran adalah kunci. Begitu saya sadar saya harus menjadi konsekuen, saya langsung berusaha terima. Hehehe. Dari situ ya sengsara dan rasa luka ini saya coba nikmati, dan itu bukan namanya proses penyembuhan ya? Dengan kita refleksikan, dengan kita menyadari, semoga kita menjadi lebih baik.. Dan ketika hal itu terjadi, semoga ini sengsaranya bener-bener sebentar doang ya, terus enak selama-lamanya. Amin! hehehe<br />
<br />
Salam rahayu,<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><o:p></o:p></span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-88512809413054934952015-02-19T05:35:00.003-08:002016-11-22T17:40:17.766-08:00Perjalanan di Negeri SakuraHai lagi para pembaca yang kuhormati dan kucintai.. hehe. Apakabar semua? Mohon dimaafkan ya kalau updatenya agak jarang dan telat.. Akhir-akhir ini lagi berasa sedikit menurun, sampai sempat berantem sama pacar segala (ceritanya nanti mungkin dibahas kapan-kapan.. hehehe), tapi syukurlah bisa menemukan titik tumpu untuk berjalan terus lagi. :)<br />
<br />
Tidak ada yang namanya kebetulan. Segala sesuatu sudah dikehendaki dan diselenggarakan oleh sang Higher Self kita. Hal inilah yang membuat saya rajin bertanya: "Mengapa saya dikirim ke Jepang, ya?"<br />
<br />
Mungkin, jawabannya adalah untuk belajar hidup, dan belajar santai. Kehidupan saya sebagai mahasiswa di Jepang memang jauh lebih senggang dibanding kehidupan saya sebagai mahasiswa di Amerika. Saking santainya, saya sampai terkadang merasa sedih dan panik, apakah saya sedang membuang-buang waktu saya? Tentu saja tidak! Lebih tepatnya, saya terlalu sibuk dan ketagihan mengikuti stress saya ketika saya belajar di Amerika, dan ketika ada saatnya untuk bersantai malah merasa stress karena terlalu santai. Saya lupa bagaimana caranya hidup tanpa stress. Nah loh? Mungkin memang demikianlah watak orang ya; ketika terlalu sibuk memohon-mohon waktu senggang, ketika diberi waktu senggang malah mencari-cari kesibukan. Kapan mau bahagia? Hehehe.<br />
<br />
Saya bersyukur karena semester ini di Jepang saya berkesempatan untuk mengambil sebuah kelas spiritualitas. Hari ini, kami belajar mengenai psikoterapi Jepang: Nankai. Nankai memiliki arti melihat kedalam, dan metode psikoterapi ini memang terinspirasi oleh Buddhisme Zen yang populer di Jepang. Partisipan Nankai dituntut untuk merefleksikan pengalaman mereka secara objektif, dan mereka ulang hal-hal yang terjadi. Fakta, bukan opini maupun perasaan.<br />
<br />
Partisipan diberi tiga pertanyaan:<br />
1) Apa yang telah kamu terima (dari seseorang itu)<br />
2) Apa yang telah kamu berikan (untuk seseorang itu)<br />
3) Kesulitan apakah yang telah kamu perbuat (terhadap seseorang itu)<br />
<br />
Biasanya, partisipan akan memulai tahap-tahap refleksi ini dari ibu, kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai ayah, kakak, adik, kekasih, keluarga, dan seterusnya. Dengan menjawab secara jujur dan objektif, partisipan Nankai dituntut untuk melepas lensa mereka. Partisipan Nankai harus belajar untuk melihat tidak dari satu arah saja, melainkan dari dua arah. Biasanya kita hanya memikirkan apa yang kita harap kita terima dari seseorang, tetapi kita jarang mensyukuri apa yang telah kita terima. Kita juga kerap mengingat kesulitan yang diperbuat oleh orang lain terhadap kita, tetapi kita dengan mudahnya melupakan kesulitan yang kita berikan kepada orang lain. Dengan mempertimbangkan hal-hal ini dari dua arah, partisipan akan sadar atas ketergantungan yang menyokong kehidupan mereka, dan dari tahap itu, rasa syukur dan kasih akan muncul.<br />
<br />
Terapi Naikan ini diibaratkan dengan membersihkan lensa kita, yang kita pakai untuk melihat dunia. Kenapa lensa ini harus dibersihkan? Sebab kalau lensa kita kotor, pemandangan yang paling indah pun akan terlihat keruh di mata kita. Jadi teringat kata Mr Eddy:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><i>"Yang penting, yang pokok, adalah pendewasaan dimensi dan pematangan jiwa
kita. When there is maturity, there is no problem at all. There is so many
problem but I don’t see it at all. Kita sendirilah yang berkewajiban untuk
menyempurnakan kesadaran kita, inilah yang kita panggil kewajiban asasi
manusia."</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Saya rasa, bagian daripada menyempurnakan kesadaran kita adalah membersihkan lensa kita. Mengubah cara pandang kita terhadap hidup dan kehidupan. Jika kita bisa melakukan itu, maka kita akan menjadi sadar. Ketika kita sadar, maka:</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><i>"Anda akan mampu menikmati yang tidak enak sekalipun, dan
merubah yang tidak enak menjadi enak, dan yang enak menjadi enak sekali. Suatu
hari, ketika itu terjadi, Anda baru bisa merasakan hidup yang sesungguhnya.
Anda hanya perlu split second untuk merubahnya."</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Ada berbagai cara untuk untuk menjadi sadar. Nankai, membersihkan lensa, dan mengenal jati diri sendiri tentu hanyalah sebagian cara dari puluhan cara-cara lainnya. Tetapi, saya percaya, selama kita meniatkan hal tersebut, dan tidak lupa untuk belajar mengenal diri sendiri secara lebih dalam, maka kita tidak akan pernah jauh dari kebahagiaan. Ya, kebahagiaan yang hanya perlu sekejap mata saja untuk dimanifestasikan.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Para pembaca yang terhormat, selamat merasakan hidup yang sesungguhnya!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Salam rahayu,</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-41023045688534440032015-01-15T01:22:00.001-08:002016-11-22T17:37:28.816-08:00MobilHari ini saya baru saja ke Pasar Raya Grande punya Kafe Batik. Di tempat itulah saya terakhir kali berjumpa dengan Mr Eddy, sebelum beliau berpulang pada September 2013. Yang saya pesan pun masih sama aja, nasi goreng rempah dan teh poci. Sambil saya makan, saya minum, dan saya nikmati, saya berdoa kepada Mr Eddy, bersyukur, dan pamitan (sebab besok mau memulai semester baru di Jepang..) Rasanya masih kelihatan saja senyum manisnya beliau, masih tercium saja asap rokok beliau.. hehehe. Yah memang tidak boleh <i>live in the past</i>, sih.. Kalau nyetir kan ngeliatnya kedepan, bukan kebelakang.. Tapi ya namanya kangen sekali-kali boleh dong Pak.. hehehe..<br />
<br />
Jadi saya sambil makan, sambil minum, juga sambil dengerin rekaman suara Mr Eddy. Jadi teringat kembali, saya pernah nanya, siapakah saya, siapakah Aku? Kata Mr Eddy: Saya adalah mind and body, sebuah <i>vehicle </i>(kendaraan) yang dipinjamkan oleh Tuhan kepada Aku. Aku adalah soul, otoritas dan kehendak Tuhan, yang diberi kuasa (dan <i>resources</i>) untuk mengekspresikan kehendakNya..<br />
<br />
Pas saya naik ke mobil, menyetir, dan bermacet-macet ria, saya jadi tersadar. Oh iya, mind dan body saya itu seperti mobil ini ya. Soulnya itu adalah pengemudi kita. Memang seperti mobil, kita rasanya gatau apa-apa, cuma dibawa setir-setir saja.. Terkadang kita lihat jalanannya rusak, banyak berlubang, becek, kotor, dll.. Terkadang juga macet, atau malah nyasar.. Tetapi kita kan sebenarnya juga cuma mobil saja. Mesti siap dibawa dan diarahkan oleh sang pengemudi, yaitu Higher Self kita.. Kadang-kadang kita mogok gitu ya, terus perlu diservis, dll.. ya biasa lah.. Tetapi di hari lain kita bisa ngebut di jalan tol. Sebab terkadang macet-macet itu perlu sedikit, nyasar-nyasar itu perlu sedikit, supaya kita bisa nyampai ke tujuan dengan selamat. Hehehe.<br />
<br />
Jadi saya berpikir.. Kenapa saya mesti takut? Orang yang nyetir tahu jalan kok. Lah soul kita kan berlipat-lipat lebih mampu dan yakin daripada casing kita. Kita enak juga, tinggal mengikuti arahan soul kita, pas di gas, ya nge gas. Pas di rem, ya di rem. Kalau dibawa ke yang sakit-sakit dikit (polisi tidur, lobang-lobang) dll yang bikin lecet, ya diketawain aja. Diterima, dan dibikin enteng. Baru berasa ya, ketika kita sadar kalau kita sedang diarahkan dan tinggal mengikuti saja, dan memberi yang terbaik, rasa tegang itu hilang. Apa saja dibecandain saja, disertai dengan senyum manis dan ketawa. Maka dunia ini akan lebih indah, hidup ini terasa lebih ringan, dan tahu-tahu sudah nyampe aja. hehehe :)<br />
<br />
Mohon doa restunya ya, para pembaca, atas pertualanganku di negeri Jepun..<br />
<br />
Salam rahayu,Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-4692324796613974442015-01-06T07:47:00.000-08:002016-11-22T17:36:54.644-08:00Percaya DiriHaii para pembaca.. Selamat tahun baru ya.. Mohon maaf sudah lama tidak diupdate blog ini.. Buat saya sendiri, tema tahun baru saya, tahun 2015 ini, adalah menjadi manusia, dan bagaimanakah kita tahu kalau kita sudah menjadi manusia? Ya.. Kita bisa bedain, manusia, atau humankind, itu mencintai, dan tidak judgemental. Mereka juga punya faith, dan percaya diri. Kata Mr Eddy, kalau masih suka khawatir, dan masih suka mengeluh, itu namanya belum jadi manusia, hanya menjadi orang saja, sebab jika kita mengeluh, kita sedang melecehkan kuasa Tuhan yang berada di dalam diri kita.<br />
<br />
Saya memang bukan berlatar belakang agama Kristiani, tetapi berhubung saya belajar di sekolah Katolik selama bertahun-tahun, saya sedikit-sedikit menyerap juga cerita-cerita Kristiani. Saya ingat sekali ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa muridnya yang pertama, Petrus, akan menyangkal dirinya tiga kali sampai ayam yang akan berkokok. Sesungguhnya, jika kita mengeluh, dan tidak percaya diri, bukannya kita sedang menyangkal Tuhan? Menyangkal itu berarti men-deny, dan jika kita terus-terusan men-deny sebuah entitas yang menyelenggarakan hidup kita, bukankah semuanya akan berantakan?<br />
<br />
Tetapi, Pak Eddy juga sering berkata: "Indah pada waktuNya.." Saya juga percaya hal yang sama, mungkin terkadang saya masih kelepasan emosian atau mengeluh, tetapi saya berusaha menyadari ketika saya melakukan hal-hal tersebut, dan menguranginya. Yah, semoga saja tahun ini indah pada waktuNya, dan kita lebih banyak bersyukur daripada mengeluh, ya!<br />
<br />
Selamat tahun baru :)Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-23696958936134584772014-11-29T22:12:00.000-08:002016-11-22T17:34:28.498-08:00KarmaHai para pembaca yang kuhormati dan kucintai..<br />
<br />
Maaf ya, agak lama meng-update blog ini.. Barusan kembali dari liburan <i>Thanksgiving </i>di Kanada. Juga sempat bertemu dan mendapatkan banyak bimbingan dari sesama murid Pak Eddy yang kebenaran berdomisili di Toronto. (Terimakasih banyak ya, Kak Ira! hehehe)<br />
<br />
Tulisan kali ini berusaha untuk menjawab pertanyaan dari Yuu, terimakasih banyak ya untuk pertanyaannya! Pertanyaan pertama adalah mengenai pembahasan karma.<br />
<br />
Saya sendiri sempat mendalami Buddhisme selama sekitar empat tahun lebih, dan esensi karma adalah hukum sebat-akibat. Kalau kata Mr Eddy, dunia adalah panggung sandiwara. Sebab terlalu serius ber-akting (hingga lupa kalau sesungguhnya cuma perwayangan saja) akibatnya malah dihukum (dihajar). Ini namanya menimbulkan karma. Sebaiknya kita santai saja, rahayu saja, <i>nrimo </i>saja. Lah, memang kepasrahan kepada kehendak Tuhan merupakan tingkat tertinggi bagi kita kok (lihat <a href="http://katamutiaraedhaka.blogspot.com/2014/10/ala-apa-adanya-aaa.html">AAA</a>, Ala apa adanya). Ketika kita santai, pasrah, dan menikmati bagian permainan kita, maka kita akan menjadi bebas dari karma.<br />
<br />
Bukan saja itu, dari pelajaran-pelajaran sinetron-sinetron tersebut, kita mampu menyadari bahwa semua pikiran, perkataan, dan perbuatan kita di setiap saat adalah berkualitas, dan merupakan untuk hal yang terbaik. Di saat itu, karma berubah menjadi dharma. Apakah dharma itu? Dharma merupakan kebenaran, suatu hal mutlak yang tidak bisa dinafikan. Inilah yang disebut pencerahan di dalam Buddhisme, suatu hal yang dicari oleh jutaan bhiksu-bhiksu dan umat-umat ketika mereka duduk bersila dan mengatur nafas mereka (meditasi). Apakah sebenarnya pencerahan itu? Apakah sebenarnya dharma itu? Tidak lain, dan tidak bukan, adalah kebersatuan saya, Aku, dan Tuhan. Ketika mind, body, dan soul menjadi satu, sejalan, dan kompak, maka dharma terjadilah. Tiga menjadi satu.<br />
<br />
Kemudian, gimana caranya untuk mempersatukan mind, body, dan soul? Hati harus dibuka, dan dibuka dengan cara dibersihkan. Banyak jalan menuju Roma, tetapi intinya adalah dengan merasa bahagia. Cara yang paling sederhana adalah cukup dengan memejamkan mata dan memberikan senyuman yang termanis kepada soulmu. Sesungguhnya, cara-cara yang paling sederhana adalah cara-cara yang paling manjur...! Kalau Mr Eddy sendiri pribadi mengajarkan saya sepenggal afirmasi: "Tuhan, Aku, dan saya online." Kata Beliau, kalau sudah rajin afirmasi, dan tidak emosian, (sebab nanti malah bikin karma baru..) kita akan tersinkronisasi.. "Beres deh, tinggal nyanyi saja.." Hehehe..<br />
<br />
Sebab, kalau tidak bersatu, mind, body, dan soul kita jalan sendiri-sendiri. Mindnya maunya kesono, soulnya malah pengen kesini.. Pasti rasanya <i>desperate, </i>stress, dan emosian sepanjang jalan. Bukan hanya di kehidupan ini saja, tetapi juga di kehidupan masa depan masih akan bermasalah. Ini namanya karmanya dibungkus dan dibawa pulang.. hehehe. Kata Mr Eddy: "<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Baru begitu nyatu karma
selesai, jadi yang namanya darma.</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Sempurna hidupnya. Darma tiap turun tugas, tiap turun tugas, dharma
dharma dharma, bhakti kepada yang Maha Esa."</span><br />
<br />
Pak Eddy juga berpesan, kalau namanya kita kan sedang bersandiwara di panggung dunia, ya boleh lah pura-pura ada karma sedikit. Kan ceritanya orang, bukan dewa.. hahaha. Yang penting, kita sadari karma yang ditimbulkan dari kebiasaan jelek kita, terus kita kontrol. Sebab asal kita bisa sadari, maka bisa kita kendalikan. Sebab yang belum mengerti kan belum sadar, dan bagi mereka yang belum sadar, ya ngga bisa toh ngebedain karma dan dharma..<br />
<br />
Salam Rahayu,<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"> </span>Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6612958801606472721.post-38647943462404352202014-11-16T21:09:00.000-08:002016-11-21T20:45:23.176-08:00The Tale of HumankindSaya masih teringat cerita klasik dari Mr Eddy..<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Konon katanya, a<span lang="AF">lur perjalanan
hidup kita itu mulai dari debu </span><span lang="AF" style="font-family: "wingdings";">à</span><span lang="AF"> tumbuhan </span><span lang="AF" style="font-family: "wingdings";">à</span><span lang="AF"> binatang </span><span lang="AF" style="font-family: "wingdings";">à</span><span lang="AF"> peri </span><span lang="AF" style="font-family: "wingdings";">à</span><span lang="AF"> manusia (yang akhirnya
kembali ke debu). Manusia pun memiliki tahapan masing-masing; kita mulai dari
yang keperibinatangan, kemudian menjadi keorang-orangan, sampai akhirnya lulus
menjadi seorang manusia yang memiliki welas asih.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Kenapa kita mulai
dari debu? Supaya kita belajar memiliki kemerdekaan yang tanpa batas. Kita
belajar untuk membebaskan diri dari segala belenggu, dan supaya kita ingat
selalu bahwa kita, dalam wujud atau tahapan apapun, selalu memiliki kemerdekaan
yang tanpa batas: Kita bebas melakukan apapun yang kita mau. Belenggu-belenggu
itu hanyalah khayalan dan ketakutan kita saja. Kenapa? Sebab sebagai debu, kita bebas keliling dunia. Mau masuk ke hutan kek, mau masuk ke mata
orang kek, itulah ‘pekerjaan’ sebuah debu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Kemudian,
tatananya sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 0in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="AF">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="AF">Tumbuhan:
belajar untuk pasif, tetapi produktif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 0in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="AF">-<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="AF">Hewan/binatang:
belajar untuk dinamis dan produktif.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 0in; text-indent: -.25in;">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Mari kita
bicarakan lebih lanjut mengenai hewan: kita ambil contoh ayam kampung. Jika
pagi-pagi ayam kampung dilepas dan dibiarkan sendiri saja, se-ekor ayam kampung
akan mampu membuat perut mereka kenyang sepanjang hari. Sebab mereka tahu
dimana mereka bisa memperoleh makanan mereka – mereka memiliki sebuah ‘survival
instinct’ untuk bertahan hidup dan berjuang. Kita-kita yang sudah menjadi
minimal seseorang orang telah mewarisi ‘survival instinct’ tersebut, untuk
bertahan hidup, berjuang, dan membuat perut kita kenyang. Masa kita kalah sama
seekor ayam jantan kampung dan malas-malasan saja?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Sang peri tidak punya cangkang (casing). Jadinya mereka hanya mengambil wujud sebagai
sebuah energi (roh) seperti malaikat-malaikat yang diketahui oleh khalayak
umum. Walaupun sang peri sangatlah produktif dan rajin berkarya, sampai rela jungkir balik dan berdarah-darah untuk
melindungi orang-orang dan para manusia, sang peri tetaplah pasif, ia tidak gembar-gembor, apalagi
mengeluh sedikit pun. Ia tetap mempertahankan kualitas <i>low-profile</i>nya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">Lalu akhirnya
peri itu memohon-mohon kepada Tuhan, supaya bisa diberi sebuah cangkang
(casing) yang maha-dasyhat dan luarbiasa. Tidak lain dan tidak bukan ialah
cangkang kita sendiri, tubuh orang (manusia) ini. Sang peri pun ingin menjalani
kehidupan sebagai seorang orang (dan manusia) supaya bisa belajar daripada
kesulitan dan jerih payah yang kita alami selama ini. Inilah yang kalian semua
telah lalui, para pembaca yang tercinta, untuk menjalani kehidupan kalian yang
sekarang ini. :)</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Seperti layaknya debu merupakan bagian dari bintang di surga dan di semesta, ruh kita merupakan bagian dari peri dan dari diri Tuhan... :)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Salam Rahayu,</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="AF">
</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 0in; text-indent: -.25in;">
<span lang="AF">
</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Murid Edhakahttp://www.blogger.com/profile/03876595168942270977noreply@blogger.com0