Friday, October 30, 2015

Berdarah-darah (Bagian 2)

Para pembaca yang kucintai,

Murid Edhaka ini lagi iseng membaca karya-karya lama dan kata-kata Pak Eddy, sehingga terpikir lagi mengenai berdarah-darah dan menikmatinya sendiri saja. Kemudian saya berpikir dan bertanya, kenapa dengan menikmati berdarah-darah malah menjadi lebih maju, ya?

Ada dua alasan yang nampak:
Pertama, sesungguhnya hidup kita ini adalah kita sendiri, dan ditentukan oleh hubungan diri kita dengan HS atau soul kita. Kita bisa saja lari kesana-kemari, menjerit-jerit minta tolong dengan orang-orang di sekitar kita. Tetapi, jika hubungan kita dengan diri sendiri tidak kita bereskan, maka nantinya hanya akan berdarah-darah lagi (tidak lulus-lulus).

Sebab kedua adalah satu hal yang Murid Edhaka sadari ini: Dengan berdarah-darah dan kita melihat kedalam, maka sesungguhnya kita sedang belajar untuk mengandalkan diri kita sendiri. Kita jadi mau tidak mau membangun hubungan dan berkomunikasi dengan HS kita, sehingga akhirnya kelihatan pelajaran-pelajaran yang kita bisa petik, dan semuanya dari dalam diri kita sendiri. Bukan berarti HS kita senang ya melihat kita berdarah-darah: HS kita senang kalau kita senang. HS kita mau kita untuk belajar dan berkembang, tetapi mau kita nyaman dan bahagia juga. Kita hanya akan dibuat berdarah-darah sekali saja, dan makanya harus belajar dan diniatkan: Berdarah-darah dan belajarnya cukup sekali saja, begitu pelajarannya sudah dapat, maka sudah lulus! Kalau sudah lulus kuliah buat apa tes masuk SMP lagi?

Oleh karena itu, kita bersama-sama bersyukur yuk kepada soul kita, kepada Tuhan, kepada sang penyelenggara hidup kita. Sebab karena kita mensyukuri dan mencintaiNya, maka kita diberikan dan diselenggarakan yang terbaik. Asiiik. Terima kasih!

No comments:

Post a Comment