Wednesday, October 1, 2014

Berdarah-darah

Ini salah satu ajaran Mr Eddy yang saya paling suka.

Alkisah, suatu hari saya duduk ngopi bersama beliau, terus beliau buka dengan cerita:

"Mas Tommy, kalau suatu hari nanti teman mas ada yang curhat begini.."

Teman: "Aduh toomm gue berdarah darah diluar sana."

Mas Tommy: "Mana darahnya?"

Teman: "Bukan badan gue. Perasaan gue, hati gue, pikiran gue, berdarah darah.."

Mas Tommy: "Ihh.. sekarang masih?"

Teman: "Tinggal dikit sih.. Kok lo tenang tenang aja sih Tom selama ini? Mestinya elo lebih parah kan?"

Mas Tommy: Ya beda. Kalo gue berdarah darah gue diem aja, gue nikmati. Kalo lo kan teriak teriak, tetangga denger, ga penting lagi.. 

Teman: Pantes lo cepet pinter, gue lambat nih..!

Mas Tommy: Ya gapapa, itu kan pilihan. Lo mau lambat boleh, mau cepet boleh.. Ya untung gue dikodratkan sama Tuhan, ya kalo ada apa-apa gue santai gue nikmati, gue ga enak gue nikmati sendiri, gue ngga ajak-ajak temen.. kalo enak gue baru ngajak-ngajak temen..

Hahaha (tertawa bahagia). Ya, ini memang stylenya Mr Eddy banget, mau sedih, sakit, jungkirbalik, dan berdarah-darah pun semuanya disimpan sendiri dan dinikmati. Bukankah itu esensi kehidupan? Bisa menari di tengah hujan badai, dan bisa menikmati pahitnya kopi? Rumi, sang filsuf Sufi dari Timur Tengah pernah berkata: "Kalau di setiap polesan kita menjerit-jerit kesakitan, kapan kita akan bersinar?"

Sang mistis itu juga pernah berkata: "Disiplin dan kesakitan adalah sebuah proses yang memurnikan perak dari zat-zat sekunder lainnya, dan ujian-ujian ini laksana seorang yang mendidihkan emas untuk memisahkannya dari kotoran-kotoran impuritas."

Ya, kita semua memiliki pilihan. Ketika kita berdarah-darah, apakah kita akan teriak-teriak mengeluh, atau diam saja, menerimanya, dan maju terus kedepan? Kedengarannya tidak mudah memang untuk menikmati penderitaan tersebut. Tetapi ingatlah, karakter dan kepribadian kita tidak beda jauh dengan otot, kalau kita disiplin latihan (dalam konteks ini dengan menjaga pikiran kita dan melatih perasaan kita), lama-lama kita bisa merubah, dalam kata-kata Pak Eddy, yang tidak enak menjadi enak, dan yang enak menjadi enak sekali.

Luar biasa, bukan? Kenyataan adalah kenyataan, ia hanyalah sekedar begitu saja apa adanya. Bagaimana kita memilih untuk menanggapinya adalah pilihan pribadi kita.

Bukan berarti tidak boleh mengeluh ya, Mr Eddy memang pernah membahas soal mengeluh, dan kita akan bicara mengenai itu nanti. Tapi intinya, kalau mau curhat ya kalau bisa jangan berlebihan, jangan meraung-raung seperti orang yang berdarah-darah.. Minimal, sebelum curhat, coba nikmati saja dulu.. Tapi bukan berarti kalau berdarah beneran jadi ngga pergi ke dokter ya! Hahaha.

Salam Rahayu,


No comments:

Post a Comment