Tuesday, November 22, 2016

Doa Mandi

Para pembaca, berikut ini adalah kata-kata (dan penjelasan) untuk doa dari Mr. Eddy yang Beliau sarankan untuk dibaca sebelum mandi:

Misalnya, bisa dicoba saat kamu mandi. Tubuh itu terdiri dari 7 lapis: Rambut, kulit, daging, urat-syaraf, darah, tulang, dan sumsum. Coba saja, ga ada satu bagian. Semuanya pasti berantakan. Kalau komplit tujuh-tujuhnya, bisa diseret kemana-mana. Siapa yang seret? Otak. Nah, terus waktu kamu mandi, disebut: “Aku terimakasih, kamu sudah mau aku ajak kemana-mana.. sudah rela aku seret-seret.. aku juga mohon maaf, kayaknya ga pernah kasihan sama kamu. Setelah aku sadar, aku jadi ilfeel deh.”

yuk, mari, kita mandi bareng biar segar. Pakai sabun yang wangi..

Itulah mencintai diri. Kamu kembangkan sendiri, apa yang perlu lagi. Petunjuk: Aktifitas-aktifitas yang diperlukan untuk pemeliharaan badanmu terlebih lanjut seperti makan, tidur, dan sebagainya. Sadarilah bahwa kamu melakukan semua itu, meluangkan waktu yang berharga itu, tidak lain untuk dirimu..

Itu body (badan); sekarang kita bisa masuk ke mind. Mind itu termasuk pikiran dan perasaan, ucapkan terimakasih.. Mesti mohon maaf juga, karena kita emosian.. Mohon maaaf sama perasaan, yang kadang-kadang kita galau, desperate, stress, tidak percaya diri, cemas, dan seterusnya.


Kemudian kita masuk ke Soul kita, halo, my higher self. Sang hidupku yang mulia, yang terhormat, yang saya lebih respek kepada siapapun. Mohon maaf, terkadang kelakuan saya tidak pada tempatnya. Kadang-kadang, saya tidak mau mendengarkan kamu. Nurutin ego saya, jaim saya, sotoy saya.. semuanya..


Jadi, “Mari kita mandi bersama, supaya raga dan jiwaku ini tetap layak engkau selenggarakan dan engkau jamin. Terimakaciiiih;)” No need insurance because there is assurance. Bayar asuransi mah sinetron saja. Hehehe


Salam Rahayu,

Murid Edhaka

Sunday, November 13, 2016

Dihakimi (Judgement)

Wahai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,

Apakabar? Hari ini, Murid Edhaka ini ingin membahas mengenai advice dari Pak Eddy kalau kita merasa kita sedang dihakimi, sedang dihujat. Dan ini sungguhlah merupakan sebuah bagian dari hidup terserah, hidup apa adanya, sebab intisari dari pesan Mr. Eddy adalah: tidak apa-apa, terserah, apa adanya saja.

"Mereka kan tidak tahu siapa kamu itu, Mas. Boro-boro tahu kamu, diri sendiri mereka saja tidak tahu. Ketika ditanya, siapa diri kamu, jawabnya malah: Ini diri saya, KTP saya, nama saya, dll. Lah tapi kan dia tidak tahu, potensi dia, kelemahan dia, kesempurnaan dia, dan sebagainya. Aduh, alangkah indahnya andai dia tahu. Andai semua tahu dirinya masing-masing, maka semuanya akan sadar kalau betapa sempurna dan betapa indahnya dunia ini."

"Jadinya mas, santai aja kalau dibilang ini, dibilang itu. Misalnya dibilang: "kamu goblok!" harus bisa jawab dengan santai: "terimakasih!" thank you.. Sambil senyum senyum santai santai aja. Jangan dibawa terlalu serius. Inget semua itu bumerang, nanti bum balik ke dia sendiri karmanya. Omongan kamu harus selalu halus, harus selalu santai, dan tenang. Ya kan?"

Hahahaha. Kalau boleh jujur, salah satu kelemahan dari diri Murid Edhaka ini adalah sensitif, gampang tersinggung, dan selalu ingin diakui, diterima, dan disayangi oleh orang lain (lah, emangnya gue kagak pernah nolak orang lain? Kok egois sih? hihihi). Tadi pagi, sambil hamba renungkan, hamba sadar kalau hamba merasa terluka atas kata-kata atau perbuatan atau tindakan orang lain, maka hamba sesungguhnya sedang memberikan kekuasaan hamba kepada dirinya. Ada perpindahan power dari diri hamba ke dirinya. Dia jadi powerful dan hamba jadi powerless. Nah loh, siapakah dirimu, kawan? Apakah dikau menggaji hamba? Apakah engkau memberikan kehidupan kepada diri hamba?

Untuk apa hamba empower dirimu, sahabat? Maka hamba berkomitmen kepada sang Maha Kuasa, sang penyelenggara hidup hamba, dari dalam dan dari luar, dari awal hingga akhir waktu, untuk hanya memberikan kuasa, power, dan kekuatan kepadaMu, ya Higher Self. Izinkanlah hamba untuk mengenalmu lebih dalam. Izinkanlah hamba untuk paham, untuk meraih, untuk maju. Hamba sadar bahwa Engkau hanyalah satu-satunya yang akan menerima hamba apa-adanya. Karena hamba mempercayaimu, mencintaimu, maka hamba akan terus layak untuk menerima semuanya yang terbaik dariMu, wahai sang Semesta. Lanjut.. :)

Salam Rahayu,
Murid Edhaka

Wanita (bag. 2)

Wahai para pembaca yang kuhormati,

Apa kabar? Disini sudah pada mulai merayakan Haloween - pertanda kalau akhir Oktober sudah dekat. Sudah mulai dingin juga, sampai sempat turun salju beberapa hari yang lalu. Lalu kembali lagi ke cuaca yang cocok untuk pakai celana pendek :)

Murid Edhaka ini ingin melanjutkan pembahasan mengenai wanita, yang dulu sempat dimulai namun belum sempat dituntaskan. Hahaha: Ketahuan ya, apa yang lagi di dalam pikiran hamba ini. :)

Satu, nampaknya hamba harus mulai tenang dan sabar kembali. Pak Eddy mengingatkan kalau hamba itu pintar becanda, makanya harus becanda terus. Ini pun sangat berlaku untuk hubungan hamba dengan wanita - kalau terlalu hangat terus malah jadi cepat bosan. Kata Pak Eddy: "Jaman sekarang, sekali liat cewek, langsung celingak celinguk. Mana, mana, mana?! Kalau jaman aristokrat dulu, liat, terus ilfeel. Biasa saja, dijadiin teman dulu. Santai saja."

Kok dulu rasanya elegan sekali ya? Enak gitu, santai aja. Ga perlu kuatir jaim, ga perlu kuatir buru-buru, ga perlu kuatir impress wanita tersebut. Kenapa rasanya jadi ga santai ya, sekarang? Pasti bawaannya pakai napsu ya.. hihihi.

Lucunya, begitu sadar, ingat, dan lepas bahwa napsu itu sedang berlangsung, rasanya langsung plong sekali, tidak usah kuatir apa-apa. Tetapi, kalau tidak ada yang mengingatkan, maka tidak sadar, lupa. Benar-benar lucu sekali, rasanya seperti ikan yang lupa kalau ia hidup di dalam air. Makanya hamba harus rajin-rajin mengingatkan untuk santai saja, dan menerima diri hamba apa adanya.

Kedua, berbicara mengenai apa adanya, Pak Eddy pernah berkata juga: "Ingat, dunia tertinggi adalah terserah, dan apa adanya. Sebab di sana apa apa ada, dan apa apa bisa."

Kemarin malam saya sempat makan bersama seorang teman spiritual di Amerika Serikat ini. Dia bercerita, berkeluh kesah mengenai semua kesulitan yang sedang ia hadapi. Dia merasa berat, sedih, sebab ia merasa sendirian, kesepian, dan tidak diterima. Saya jadi teringat kata-kata Pak Eddy, dan semua teman-teman saya yang merupakan murid Beliau. Mereka semua menerima saya apa adanya, tidak ada rasa sedih, kecewa, judging, ataupun ekspektasi. Ya, mereka semua benar-benar apa adanya, maka saya merasa nyaman dan bahagia di sisi mereka. Begitulah yang saya sampaikan kepada rekan saya tersebut - di hadapan saya ia boleh menjadi apa adanya, sebab saya juga akan menerima dia seperti apa adanya. :)

Ketiga, dan terakhir, "Jangan dipusingin, dikerjain aja." - kata Pak Eddy. Ya, dijalani dulu lagi, yuk?

-Salam Rahayu,
Murid Edhaka

Saturday, October 1, 2016

Terima Jadi (Terima Beres)

Hai para pembaca yang kuhormati dan kucintai..

Wah, tidak terasa sudah akhir bulan aja ya. Waktu kok larinya kayak mau kabur dari maling gitu sih? Hahahaha..

Semalam saya mimpi berjumpa dengan Alm. Mr Eddy, lagi, eh nampak ternyata dari Facebook juga mengingatkan kalau empat tahun lalu adalah kedua kali saya bertemu dengan Mr. Eddy. Waktu itu saya sudah sekolah di Singapura, jadinya jarang-jarang bisa bertemu Mr. Eddy, paling sering setiap semester sekali..

Nah, dalam rangka merayakan atau memperingati kejadian ini, makanya saya ingin share satu paragraph dari kata-kata mutiara Pak Eddy:

"Kita jadi manusia, ya enteng-entengan saja.. Terserah. Tidak usah bilang ga butuh. Ga usah bilang perlu/ga perlu. Sebab itu namanya judgement. Menghakimi. Yang ngatur siapa? Semuanya Beliau yang mengatur. Saya (casing, cangkang) tahunya hanya terima beres. Tetapi, supaya pantes bagi orang biasa (lah bukan jadi dewa koq.. heheh) ya pura-puranya aja mikir, sekolah, kerja.. Menjalankan ritual setiap hari. Tetapi, kalau kamu terlalu serius, jadinya cepat capai. Jadinya emosi, ehh malah semuanya berantakan. Kalau enteng-entengan sekaligus santai, malah enak. Ehh, malah happy. Haha. Sersan donk, serius tapi santai. Jangan komando mulu hahaha. Waktu ngerasain enak, boleh serius. Biasa aja bisa beres kerjaan. Kenapa cepet beres malahan? Karena enteng mikirnya. Santai tapi serius. Sersan hahaha lulus terbaik!"

Kembali lagi ke tema yang satu ini, khususnya untuk hamba yang hobinya main komando dan stress mulu. Kemana-mana dibawa hatinya rasanya jadi berat. Kalau berat, biangnya stress, kalau stress, maka biangnya penyakit. Amit-amit.. Hamba niatkan supaya kemana-mana bisa menjadi seorang sersan, serius tapi santai, tidak judging tidak kuatir tetapi terima jadi dan menikmati..

Kemarin ini juga salah satu tema yang dibahas oleh Mbak Mary, saat lagi ngobrol santai-santai di PIM2. Mbak Mary bilang kalau hidup manusia itu seperti sebuah gelombang - ada naik turunnya. Yang penting dijaga biar gelombangnya itu nggak lebai. Karena kekuatiran dan stress itu membunuh kita.

Ternyata ini toh, maksud Mbak. Menjaga gelombangnya itu dengan santai saja. Kenapa bisa santai? Sebab seperti kata Pak Eddy, dunia ini adalah panggung sandiwara. Sebenarnya semuanya sudah dilalui oleh HS kita, oleh soul kita. Kita tinggal terima beres saja. Santai karena kita ingat, kita sadar, kalau semuanya itu hanya pura-pura. Pura-pura sibuk, pura-pura belajar, pura-pura kerja. Yahh.. Dinikmati, dan diniatkan saja. Supaya nggak emosi, supaya cepat beres.

Inilah hal yang agak menarik menurut saya, ketika kita terburu-buru, malah lebih lama sampainya. Ketika kita santai dan enteng, eh, malah jadi cepat beres, dan hasilnya lebih Joss bahkan. Kenapa ya?

Mari, sama sama direnungkan :)

Salam Rahayu,
Murid Edhaka

Tuesday, September 20, 2016

Pesan - Pesan dari Tahara

Wahai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,

Apakabar? Semoga semuanya fine as always ya...

Kali ini agak menyimpang sedikit dari kata-klata mutiara Edhaka; melanjutkan pembicaraan mengenai ekspedisi saya di Jepang saat saya bertemu seorang bijaksana di sebuah pulau terpencil. Ya, namanya Aya-chan, dan walaupun casingnya masih nampak muda, tetapi ilmu dari dalam hatinya ribuant tahun tuanya. Tetap saja sebuah kata-kata mutiara sebab berasal dari sumber, atau hati yang sama. Nah kali ini izinkanlah saya untuk meng-share sebagian dari ilmu-ilmu yang dishare kepada hamba.

If you are still finding something in somebody that you don't really like or you hate, you are essentially seeing a reflection of yourself that you dislike, and that is why you don't feel good.

Ketika kita benci seseorang, sesungguhnya kita pernah bertanya tidak, apa yang kita tidak sukai dari orang tersebut? Lah, jangan-jangan itu diri kita yang kita benci ya? Betul sekali! Kata Aya chan, sesungguhnya ketidaksukaan kita terhadap orang lain merupakan refleksi dari kepribadian kita yang paling dalam, yang kita tidak pernah akui, yang nampak di peribadi atau personality orang tersebut. Makanya kita keki sekali kadang kadang, karena mungkin sudah ditahan-tahan, eh malah muncul juga di orang lain ya.

Buktinya apa? Kalau kita mikir baik-baik, tentunya setiap orang yang paling jahat sekalipun, memiliki orang-orang yang mampu menerima dia apa adanya, secara seutuhnya. Misalnya, ada orang yang tidak kita sukai karena dia bawel. Jangan-jangan sebenarnya itu diri kita yang bawel? Soalnya walaupun dia bawel pun pasti ada orang lain yang bisa menerima kebawelan dia, dan masih fine-fine aja kok sama dia.

Jadinya, artinya adalah, jika kita sangat mencintai diri kita sendiri, apa adanya kita bener-bener terima bulat-bulat, kita tidak akan pernah melihat apa yang tidak kita sukai terhadap orang lain. Dan juga, berarti, belajar mencintai diri sendiri secara seutuhnya, adalah belajar mencintai dan menerima orang lain seutuhnya. Ketika kita mampu menyadari apakah hal yang dari dirinya yang tidak kita sukai, dan kita menerimanya, dan mengampuninya, kita sesungguhnya sedang menerima dan mencintai diri kita sendiri. Bukannya itu hal yang bagus?

Kok diri sendiri diajak berantem? Berarti musuhan sama diri sendiri dong, kemana-mana bawa ribut. Kan ga enak... Hahahaha. Nah, berarti ada dua hal lagi yang kita bisa tarik dari sini: 1) semuanya adalah anugerah. Ketemu orang lain yang bikin kita gedek, bikin kita keki, bikin kita gemes, sesungguhnya akan membantu kita mengenal diri kita lebih baik and menerima diri kita sendiri apa adanya dengan lebih sempurna. 2) terkadang kita emang memerlukan orang lain untuk mengenal diri kita sendiri dengan lebih baik. Dengan rajin refleksi, sadar diri, maka niscaya akan maju terus.

Baik, hari ini sampai sini dulu, ditunggu kelanjutannya ya.

Salam Rahayu,
Murid Edhaka

Wednesday, August 31, 2016

Berjemur Pagi

Hai para pembaca yang kuhormati dan kucintai,

Maaf udah lama sekali tidak nongol ya. Tahun 2016 ini ujiannya memang agak hebat, tetapi hamba selalu bersyukur sebab setiap ada kesusahan berbagai guru-guru dan pembimbing baik selalu berada di sisi hamba. Kali ini pun seperti itu, kemarin saya sempat berjumpa Mbak Anne dan Mary di Jakarta Selatan, bisa ngobrol-ngobrol enak dan santai sambil sharing juga. Mereka berdua juga mengenal Mr. Eddy, bahkan mengenal Mr. Eddy lebih baik dari saya.

Nah, kali ini yang kepingin saya share adalah sesuatu dari Mbak Mary, yaitu pentingnya berjemur pagi. Berjemur pagi? Kayak kasur, ikan asin, dll. hehehe. Ya, Pak Eddy sebenarnya sering share bahwa cahaya matahari merupakan sumber cinta kasih illahi, energi yang mampu melingkup dan membersihkan diri kita sendiri. Yang lucunya, saya juga sempat menjelajah ke Jepang, naik kapal pesiar sampai di ujung pulau. Disana, saya bertemu seorang wanita penjaga losmen, yang ternyata rajin meditasi dan merupakan sebuah manusia spiritual juga. Bernama Aya (manggilnya Aya-chan), dia sempat share macem-macem, dan termasuk salah satunya bahwa kita sebenarnya tidak memerlukan makanan, cukup menyerap energi cahaya matahari saja.

Yang saya diajarkan adalah berjemur pagi hari, diantara jam 7 sampai 9 pagi (ideal), cukup selama 10-15 menit saja. Kalau kelamaan gosong soalnya. Hahaha. Nah, sembari berjemur pagi ini, kita memulai afirmasi, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan kita, berdoa kepada Tuhan YME supaya hari kita dipermudah, dilancarkan, dan kita dilindungi di dalam kasih ilahi. Saat berjemur ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengajak hati kecil kita berbicara, share, ataupun curhat tentang lika-liku kehidupan kita ini. Sesungguhnya, suara hati kecil kita adalah suara sang Tuhan, tetapi karena Beliau selalu digencet ego kita, makanya hampir tidak terdengar lagi. Padahal, semuanya kan sudah ada di dalam diri kita. Kalau kita apa adanya, apa apa ada, dan apa apa bisa.

Kata Mbak Mary, kalau kita berjemur seperti itu, kita akan menghisap dopamine, dan level dopamine yang tinggi akan menjadikan kita lebih seimbang. Lebih seimbang karena rasa kekuatiran akan berkurang, dan rasa bahagia akan muncul dengan sendirinya. Jadinya kita bisa menjadi lebih rahayu dalam menjalani lika-liku kehidupan. Dan pengalaman pribadi saya juga seperti itu; hari ini seharian saya tempuh dengan lebih sukacita, rahayu, dan pasrah - walaupun sempat gedeg juga karena kemana-mana macet. Ahh.. indahnya hidup ini jika ktia menyempatkan diri untuk alam kita dan sang ilahi..

Ayo kita berjemur!

Salam Rahayu,

Murid Edhaka

Sunday, January 10, 2016

Misteri Ilahi

Pak Eddy pernah sharing mengenai sebuah afirmasi kesadaran:

1.      Ketika aku (soul) berkenan, maka saya bisa. Kalo ga bisa sekarang, besok pasti bisa, kalo besok ga bisa, lusa pasti bisa. Pokoknya suatu hari ujungnya pasti bisa!
2.      Ketika aku berkenan, aku akan dapat. Pelan2 finalnya dapat.
3.      Ketika aku berkenan, maka aku bahagia!

Baru sekarang saya sedikit lebih mengerti arti dari kata-kata Mr. Eddy ini. Setiap insan manusia memiliki jalan ceritanya masing-masing, dan jalan cerita inilah yang diselenggarakan oleh soul (HS) kita. Ketika kita belajar mengenai the Secret, the Law of Attraction, kekuatan pikiran, kita sedang belajar untuk keluar dari tahap bersandiwara / panggung sinetron. Kita sadar bahwa kita 100% bertanggung jawab atas kehidupan kita, dan kita mulai belajar untuk memanifestasikan/mewujudkan hal-hal yang kita inginkan.

Akan tetapi, tentu saja pembelajaran ini tidak berakhir di tahap manifestasi. Pada posting 4 Tahap Pencerahan, tahap manifestasi hanyalah level 2, yaitu empowerment. Kita mendapatkan kekuatan untuk merubah nasib dan takdir kita, selayaknya seorang nahkoda yang akhirnya mengambil alih kemudi bahteranya. Namun disinilah terdapat banyak perangkap, yang suka saya sebut jebakan ego/hati. Oleh karena itu Mr. Eddy sering memesankan untuk hati-hati dengan hati. Hehehe. Jebakan ego inilah yang membuat kita ambisius, dan berusaha untuk memanipulasi sang Aku, HS, soul kita, sesuai dengan kehendak "saya" atau ego pikiran kita. Terkadang, kita berhasil membujuk HS kita, sebab memang HS kita pada dasarnya ingin kita bahagia. Tetapi, terlalu banyak hal yang kesadaran/ego kita tidak paham, apalagi rencana Sang Ilahi yang tahu apa yang terbaik bagi kita masing-masing.

Sesungguhnya, setelah kita sadar bahwa kita memiliki Sang Ilahi yang menyelenggarakan hidup kita, ketika kita meminta sesuatu/berkomunikasi dengan sang Aku, kita sebenarnya hanya sedang memberi sebuah petisi atau proposal kepada HS kita. Dengan pengetahuan dan emosi kesadaran kita yang sangat terbatas, kita memohon ampun dan meminta sesuatu untuk dimanifestasikan oleh HS kita. Dan oleh karena itu, ketika petisi tersebut berkenan dengan sang Aku, maka ketiga afirmasi diatas menjadi kenyataan: Saya pasti ujung-ujungnya akan bisa, akan dapat, dan akan bahagia.

Terdapat setidaknya dua pembelajaran disini: Yang pertama, kita hanya bisa meminta dan berpasrah, dan percaya (have faith) kepada Sang Aku. Jika kita tidak percaya, maka HS kita tidak akan berkenan. Yang kedua, HS kita sesungguhnya tahu apa yang terbaik bagi kita. Pertanyaannya disini adalah: Apakah seharusnya kita meminta-minta? Sang Aku bukanlah pelayan kita. Kenapa kita tidak pasrah saja, dan menyerahkan semuanya kepada penyelenggara kita? Disinilah kita akhirnya sadar dan paham seberapa pentingnya untuk menghapus atau me'nol'kan ego kita.

Pertanyaan natural dari tahap ini adalah, kalau kita pasrah saja, dan menyerahkan kembali semuanya kepada Sang Pencipta, apa bedanya dengan sebelum kita mengetahui ini semua? Apa bedanya dengan ketika kita masih hidup di dalam panggung sandiwara, dimana kita hanyalah sebuah korban/tragedi kehidupan?

Tentu saja berbeda, dan perbedaan disini adalah akarnya: Kesadaran. Pak Eddy pernah berkata bahwa kesadaran adalah kunci dari kehidupan. Kita sadar bahwa Sang Aku memberi yang terbaik bagi kita, dan kita menjalani kehidupan dengan sangat antusias, semangat, dan gembira. Kita sadar bahwa kita tidak pernah sendiri dalam menjalani kehidupan ini. Kita memiliki teman dan pelindung yang sangat mencintai kita, yang kita sebaiknya rajin untuk ajak mengobrol agar pengertian dan pemahaman kita bertambah dalam. Kita lebih rahayu dan bijaksana dalam menikmati kebahagiaan dan penderitaan yang kita jumpai dalam lika-liku kehidupan ini, dan kita semakin cepat belajar, paham, dan lulus. Tentunya juga, sang penyelenggara hidup kita sangatlah baik, dan maha pengasih. Kita bisa meminta untuk diberi pengertian, dan jika ada sesuatu yang kita inginkan, kita bisa mencoba untuk meminta kepadanya, dan memberikan petisi untuk perwujudan hal tersebut.

Tetapi kita tidak lagi memaksa, tidak lagi kuatir, tidak lagi cemas, sebab semuanya indah pada waktuNya, dan hidup kita selalu merupakan perwujudan terbaik dari kehendak Sang Semesta. Tinggal kita memainkan peranan kita saja, melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan sehari-hari, berbuat kebaikan dan menolong orang lain, membawa kebahagiaan, dan menikmati hidup. Dan yang paling penting, tetap bersyukur dan meluaskan pemahaman dan pembelajaran kita mengenai misteri kita ini, yang merupakan misteri Sang Illahi, kehidupan, dan Semesta yang sedang menunggu kita untuk menguaknya, seperti sebuah kado natal yang menunggu untuk dibuka oleh seorang anak yang riang gembira.

Ah.. Akhirnya, kutemukan cara hidup yang berkualitas.

Salam Rahayu,
Murid Edhaka

Saturday, January 9, 2016

Selamat Tahun Baru 2016!

Para pembaca yang kuhormati dan kucintai,

Maaf agak telat, tetapi Murid Edhaka yang ini turut mengucapkan selamat tahun baru 2016! Saya masih ingat, waktu sesi KKAS tahun 2013, Pak Eddy pernah berpesan bahwa ada pemadatan energi setiap 8 tahun sekali. Mulai dari tahun 2001, kemudian 2008, 2016, dan seterusnya. Wah, berarti tahun 2016 ini adalah tahun pembelajaran dan pemadatan energi yang bukan main luar biasa. Kata Beliau, ini merupakan "Satu proses namanya dispersion, yang sudah diruntuhkan supaya bisa ditata ulang. Introducing fundamental de(re)construction. Itu kehendak alam. Semuanya ditata bareng dan semuanya akan berhadapan dengan dirinya sendiri karena tidak ada lagi pengetahuan dari luar. Tapi dari dalam."

Berarti nampaknya tema tahun ini adalah melepas ego, dan melihat kedalam, ya. Oleh Mr. Eddy, kita ditantang untuk memerdekakan mind, body, dan soul kita. Merdeka dari apa? Merdeka dari berbagai persepsi, pendapat, (dalam bahasa Mr. Joe Vitale dan pempraktisi Ho'ponopono: dari berbagai program) yang tidak sesuai dan tidak berkenan. Nampaknya, cara termudah untuk melepas ego dan memerdekakan diri kita adalah dengan selalu ingat untuk kembali ke sang sumber kita, dengan mengembalikan diri kita ke "nol". Dengan Manunggaling Kawula Gusti, dimana ego kita bersatu dengan kebaikan.

Saya percaya para pembaca memiliki cara masing-masing untuk me'nol' kan diri dan kembali bersatu dengan soul kita. Pak Eddy mengajarkan saya dengan afirmasi "Saya, Aku, dan Tuhan on-line!", dan tradisi Ho'ponopono mengajarkan mantra "Saya menyesal, Maafkan saya, Terimakasih, Saya mencintaimu." Kak Ira mengajarkan doa membersihkan hati, dimana kita berdoa dan memohon pada Tuhan untuk membersihkan kerak-kerak di hati kita. Apapun caranya, Murid Edhaka ini meniatkan untuk sering-sering dan rajin-rajin, kalau bisa 24/7, membersihkan dan me'nol'kan diri hamba ini.

Sebagai penutup, saya tegaskan pembekalan yang saya sangat sukai dari Mr. Eddy: "Yang penting, yang pokok, adalah pendewasaan dimensi dan pematangan jiwa kita. When there is maturity, there is no problem at all. There is so many problem but I don’t see it at all. Kita sendirilah yang berkewajiban untuk menyempurnakan kesadaran kita, inilah yang kita panggil kewajiban asasi manusia."

Selamat Tahun Baru, semuanya! Tahun ini pun hamba mohon bimbingan dan doa restunya. Semoga tahun ini pun kita rajin untuk memenuhi dan mewujudkan kewajiban asasi manusia kita, ya..!

Terima kasih, terima kasih, terima kasih.

Salam Rahayu,
Murid Edhaka