Sunday, November 13, 2016

Wanita (bag. 2)

Wahai para pembaca yang kuhormati,

Apa kabar? Disini sudah pada mulai merayakan Haloween - pertanda kalau akhir Oktober sudah dekat. Sudah mulai dingin juga, sampai sempat turun salju beberapa hari yang lalu. Lalu kembali lagi ke cuaca yang cocok untuk pakai celana pendek :)

Murid Edhaka ini ingin melanjutkan pembahasan mengenai wanita, yang dulu sempat dimulai namun belum sempat dituntaskan. Hahaha: Ketahuan ya, apa yang lagi di dalam pikiran hamba ini. :)

Satu, nampaknya hamba harus mulai tenang dan sabar kembali. Pak Eddy mengingatkan kalau hamba itu pintar becanda, makanya harus becanda terus. Ini pun sangat berlaku untuk hubungan hamba dengan wanita - kalau terlalu hangat terus malah jadi cepat bosan. Kata Pak Eddy: "Jaman sekarang, sekali liat cewek, langsung celingak celinguk. Mana, mana, mana?! Kalau jaman aristokrat dulu, liat, terus ilfeel. Biasa saja, dijadiin teman dulu. Santai saja."

Kok dulu rasanya elegan sekali ya? Enak gitu, santai aja. Ga perlu kuatir jaim, ga perlu kuatir buru-buru, ga perlu kuatir impress wanita tersebut. Kenapa rasanya jadi ga santai ya, sekarang? Pasti bawaannya pakai napsu ya.. hihihi.

Lucunya, begitu sadar, ingat, dan lepas bahwa napsu itu sedang berlangsung, rasanya langsung plong sekali, tidak usah kuatir apa-apa. Tetapi, kalau tidak ada yang mengingatkan, maka tidak sadar, lupa. Benar-benar lucu sekali, rasanya seperti ikan yang lupa kalau ia hidup di dalam air. Makanya hamba harus rajin-rajin mengingatkan untuk santai saja, dan menerima diri hamba apa adanya.

Kedua, berbicara mengenai apa adanya, Pak Eddy pernah berkata juga: "Ingat, dunia tertinggi adalah terserah, dan apa adanya. Sebab di sana apa apa ada, dan apa apa bisa."

Kemarin malam saya sempat makan bersama seorang teman spiritual di Amerika Serikat ini. Dia bercerita, berkeluh kesah mengenai semua kesulitan yang sedang ia hadapi. Dia merasa berat, sedih, sebab ia merasa sendirian, kesepian, dan tidak diterima. Saya jadi teringat kata-kata Pak Eddy, dan semua teman-teman saya yang merupakan murid Beliau. Mereka semua menerima saya apa adanya, tidak ada rasa sedih, kecewa, judging, ataupun ekspektasi. Ya, mereka semua benar-benar apa adanya, maka saya merasa nyaman dan bahagia di sisi mereka. Begitulah yang saya sampaikan kepada rekan saya tersebut - di hadapan saya ia boleh menjadi apa adanya, sebab saya juga akan menerima dia seperti apa adanya. :)

Ketiga, dan terakhir, "Jangan dipusingin, dikerjain aja." - kata Pak Eddy. Ya, dijalani dulu lagi, yuk?

-Salam Rahayu,
Murid Edhaka

No comments:

Post a Comment