Saturday, November 29, 2014

Karma

Hai para pembaca yang kuhormati dan kucintai..

Maaf ya, agak lama meng-update blog ini.. Barusan kembali dari liburan Thanksgiving di Kanada. Juga sempat bertemu dan mendapatkan banyak bimbingan dari sesama murid Pak Eddy yang kebenaran berdomisili di Toronto. (Terimakasih banyak ya, Kak Ira! hehehe)

Tulisan kali ini berusaha untuk menjawab pertanyaan dari Yuu, terimakasih banyak ya untuk pertanyaannya! Pertanyaan pertama adalah mengenai pembahasan karma.

Saya sendiri sempat mendalami Buddhisme selama sekitar empat tahun lebih, dan esensi karma adalah hukum sebat-akibat. Kalau kata Mr Eddy, dunia adalah panggung sandiwara. Sebab terlalu serius ber-akting (hingga lupa kalau sesungguhnya cuma perwayangan saja) akibatnya malah dihukum (dihajar). Ini namanya menimbulkan karma. Sebaiknya kita santai saja, rahayu saja, nrimo saja. Lah, memang kepasrahan kepada kehendak Tuhan merupakan tingkat tertinggi bagi kita kok (lihat AAA, Ala apa adanya). Ketika kita santai, pasrah, dan menikmati bagian permainan kita, maka kita akan menjadi bebas dari karma.

Bukan saja itu, dari pelajaran-pelajaran sinetron-sinetron tersebut, kita mampu menyadari bahwa semua pikiran, perkataan, dan perbuatan kita di setiap saat adalah berkualitas, dan merupakan untuk hal yang terbaik. Di saat itu, karma berubah menjadi dharma. Apakah dharma itu? Dharma merupakan kebenaran, suatu hal mutlak yang tidak bisa dinafikan. Inilah yang disebut pencerahan di dalam Buddhisme, suatu hal yang dicari oleh jutaan bhiksu-bhiksu dan umat-umat ketika mereka duduk bersila dan mengatur nafas mereka (meditasi). Apakah sebenarnya pencerahan itu? Apakah sebenarnya dharma itu? Tidak lain, dan tidak bukan, adalah kebersatuan saya, Aku, dan Tuhan. Ketika mind, body, dan soul menjadi satu, sejalan, dan kompak, maka dharma terjadilah. Tiga menjadi satu.

Kemudian, gimana caranya untuk mempersatukan mind, body, dan soul? Hati harus dibuka, dan dibuka dengan cara dibersihkan. Banyak jalan menuju Roma, tetapi intinya adalah dengan merasa bahagia. Cara yang paling sederhana adalah cukup dengan memejamkan mata dan memberikan senyuman yang termanis kepada soulmu. Sesungguhnya, cara-cara yang paling sederhana adalah cara-cara yang paling manjur...! Kalau Mr Eddy sendiri pribadi mengajarkan saya sepenggal afirmasi: "Tuhan, Aku, dan saya online." Kata Beliau, kalau sudah rajin afirmasi, dan tidak emosian, (sebab nanti malah bikin karma baru..) kita akan tersinkronisasi.. "Beres deh, tinggal nyanyi saja.." Hehehe..

Sebab, kalau tidak bersatu, mind, body, dan soul kita jalan sendiri-sendiri. Mindnya maunya kesono, soulnya malah pengen kesini.. Pasti rasanya desperate, stress, dan emosian sepanjang jalan. Bukan hanya di kehidupan ini saja, tetapi juga di kehidupan masa depan masih akan bermasalah. Ini namanya karmanya dibungkus dan dibawa pulang.. hehehe. Kata Mr Eddy: "Baru begitu nyatu karma selesai, jadi yang namanya darma.  Sempurna hidupnya. Darma tiap turun tugas, tiap turun tugas, dharma dharma dharma, bhakti kepada yang Maha Esa."

Pak Eddy juga berpesan, kalau namanya kita kan sedang bersandiwara di panggung dunia, ya boleh lah pura-pura ada karma sedikit. Kan ceritanya orang, bukan dewa.. hahaha. Yang penting, kita sadari karma yang ditimbulkan dari kebiasaan jelek kita, terus kita kontrol. Sebab asal kita bisa sadari, maka bisa kita kendalikan. Sebab yang belum mengerti kan belum sadar, dan bagi mereka yang belum sadar, ya ngga bisa toh ngebedain karma dan dharma..

Salam Rahayu, 

Sunday, November 16, 2014

The Tale of Humankind

Saya masih teringat cerita klasik dari Mr Eddy..

Konon katanya, alur perjalanan hidup kita itu mulai dari debu à tumbuhan à binatang à peri à manusia (yang akhirnya kembali ke debu). Manusia pun memiliki tahapan masing-masing; kita mulai dari yang keperibinatangan, kemudian menjadi keorang-orangan, sampai akhirnya lulus menjadi seorang manusia yang memiliki welas asih.

Kenapa kita mulai dari debu? Supaya kita belajar memiliki kemerdekaan yang tanpa batas. Kita belajar untuk membebaskan diri dari segala belenggu, dan supaya kita ingat selalu bahwa kita, dalam wujud atau tahapan apapun, selalu memiliki kemerdekaan yang tanpa batas: Kita bebas melakukan apapun yang kita mau. Belenggu-belenggu itu hanyalah khayalan dan ketakutan kita saja. Kenapa? Sebab sebagai debu, kita bebas keliling dunia. Mau masuk ke hutan kek, mau masuk ke mata orang kek, itulah ‘pekerjaan’ sebuah debu.

Kemudian, tatananya sebagai berikut:
-          Tumbuhan: belajar untuk pasif, tetapi produktif.
-          Hewan/binatang: belajar untuk dinamis dan produktif.

Mari kita bicarakan lebih lanjut mengenai hewan: kita ambil contoh ayam kampung. Jika pagi-pagi ayam kampung dilepas dan dibiarkan sendiri saja, se-ekor ayam kampung akan mampu membuat perut mereka kenyang sepanjang hari. Sebab mereka tahu dimana mereka bisa memperoleh makanan mereka – mereka memiliki sebuah ‘survival instinct’ untuk bertahan hidup dan berjuang. Kita-kita yang sudah menjadi minimal seseorang orang telah mewarisi ‘survival instinct’ tersebut, untuk bertahan hidup, berjuang, dan membuat perut kita kenyang. Masa kita kalah sama seekor ayam jantan kampung dan malas-malasan saja?

Sang peri tidak punya cangkang (casing). Jadinya mereka hanya mengambil wujud sebagai sebuah energi (roh) seperti malaikat-malaikat yang diketahui oleh khalayak umum. Walaupun sang peri sangatlah produktif dan rajin berkarya, sampai rela jungkir balik dan berdarah-darah untuk melindungi orang-orang dan para manusia, sang peri tetaplah pasif, ia tidak gembar-gembor, apalagi mengeluh sedikit pun. Ia tetap mempertahankan kualitas low-profilenya.

Lalu akhirnya peri itu memohon-mohon kepada Tuhan, supaya bisa diberi sebuah cangkang (casing) yang maha-dasyhat dan luarbiasa. Tidak lain dan tidak bukan ialah cangkang kita sendiri, tubuh orang (manusia) ini. Sang peri pun ingin menjalani kehidupan sebagai seorang orang (dan manusia) supaya bisa belajar daripada kesulitan dan jerih payah yang kita alami selama ini. Inilah yang kalian semua telah lalui, para pembaca yang tercinta, untuk menjalani kehidupan kalian yang sekarang ini. :)

Seperti layaknya debu merupakan bagian dari bintang di surga dan di semesta, ruh kita merupakan bagian dari peri dan dari diri Tuhan... :)

Salam Rahayu,


Sunday, November 9, 2014

Motivasi

Saya suka bertanya kepada orang-orang disekitar saya, apa yang membuat mereka bangun dari tidur mereka setiap pagi. Apa hal itu yang memberikan mereka tenaga, semangat, dan motivasi; untuk bangun tidur dan memulai hari mereka, untuk beranjak dan melaksanakan tanggungjawab mereka. Jawabannya bermacam-macam, tetapi selalu tidak ada yang begitu memuaskan. Ada yang menjawab: "Tuhan", "Uang", "Semesta", "Roh Kudus", "Cinta", dll.

Saya tidak tahu, apakah pembaca tercinta pernah merasakan apa yang saya (dan saya rasa banyak manusia lainnya) rasakan: Rasa hilangnya motivasi. Lucunya, terkadang saya begitu bersemangat karena banyak hal-hal yang saya harus kerjakan, dan saya memang ingin mengerjakan hal-hal tersebut. Tetapi, rasanya ada inersia yang begitu besar, jadi akhirnya saya malah uring-uringan diatas ranjang kendari mengerjakan tugas-tugas tersebut.. Hehehe. Atau juga, pernah rasanya saya berkontemplasi, jika saya sudah memiliki segala harta dan tahta di dunia ini. Apapun yang bisa saya lakukan, sudah saya lakukan. Rasanya tidak mungkin ada yang saya tidak mengerti. Saat membayangkan hal tersebut, rasa hampa menerpa diri saya. Kekosongan. Toh nanti akan mati dan lahir kembali. Walaupun pelajaran-pelajaran disimpan, tetapi kan waktu tidak linear di alam sana. Gimana caranya kita tahu kalau kita sudah berkembang?

Jadi, alkisah suatu hari saya pernah bertanya kepada Mr Eddy. "Pak Eddy, kenapa kita harus rajin terus? Kenapa kita nggak boleh males-malesan?"

Ini jawaban beliau:
"Boleh manja, boleh males, tetapi harus siapkan dirimu.. Sebab lebih baik kita sengsara: belajar dan bekerja keras sebentar untuk ueeeenak selama-lamanya, (quality time and lifestyle) bukan enak sebentar (this is what we coin instant lifestyle) sengsara selamanya. Challenge yourself, sebentar.. belajar.. ehhh pencerahan. Hahaha. Mapan, selamanya enak!

Soalnya kalo lo instant lifestyle, belom apa-apa udah ga punya apa-apa. Jangan kayak nobita; mumpung doraemon masih hidup manfaatkan sebaik-baiknya! Ntar pas dia udah ga ada bingung deh hahaha."

Ya.. Ada waktunya malas, ada waktunya rajin, sepertinya.. dan Indah pada waktunya, dan udah didesign dari sananya. Ternyata dengan menyadari hal ini, kita tahu bahwa hidup bukanlah suatu maraton panjang, melainkan kehidupan lebih mirip dengan lari cepat (sprint) dimana kita berjuang keras selama beberapa waktu, mempersiapkan diri, kemudian istirahat.. Nanti kalau perlu lari lagi, ya lari lagi.. Tahu-tahu, sudah siap, dan sudah enak selama-lamanya, tinggal dinikmati saja selama-lamanya.. Hehehe.

Kayaknya kalau saya ingat kata-kata Mr Eddy, motivasi saya pun langsung naik kembali deh.. Hehehe

Salam Rahayu,

Sunday, November 2, 2014

Wanita

Sebagai seorang lelaki, saya tak dapat menafikan bahwa salah satu hal yang memainkan pernanan besar dalam hidup saya adalah wanita. Jujur saja, energi atraksi kepada wanita merupakan suatu motivasi besar untuk saya, jadinya tentu saja saya juga sering pusing soal wanita.. hehehe.

Jadinya benar-benar beruntung bisa bertemu Mr Eddy. Konon katanya, Mr Eddy tahu kalau terkadang saya suka galau karena wanita. Beliau kerap ngeledekin saya tiap kali ketemu: "Hayoo, cewek mana yang bikin kamu pusing niiih.. Hehehehe..."

Saya terus biasanya cuma tertawa, membalas menjawab dengan bilang: "Ah, Bapak paling tahu aja.. hehehe.." dan mulai bercerita. Sepertinya, naturenya Mr Eddy adalah seorang lelaki charmer dan berwibawa, makanya tidak heran kebanyakan muridnya Mr Eddy adalah wanita. Makanya, saya pribadi juga merasakan bahwa Mr Eddy, sebagai sesama lelaki, pasti lumayan suka sharing ke saya mengenai soal wanita. Mr Eddy bukan hanya life dan spiritual mentorku, tetapi juga love life mentor ;) hehehe..

Kenapa tiba-tiba kepikiran ini? Jadi sesungguhnya saya memang lagi sedikit pusing soal wanita, dan kebetulan tadi abis ngegym saya ke kantin dan makan sarapan saya. Disana, ketemu seorang teman yang agak senior (dan lebih dewasa), terus jadi curhat begitu saja. Hal-hal yang dia share mengenai wanita benar-benar mengingatkan saya mengenai sharing-sharing dari Mr Eddy, sampai saya ketawa sendiri: Jangan-jangan emang Mr Eddy kali ya yang nyuruh dia share ke saya. Hehehe.. Makasih Pak..

Apa aja yang di-share mengenai wanita sama dia? Atau sama Mr Eddy? Wah, banyak banget itu, kayaknya kalau ditulis dan diurai semua satu buku ngga cukup deh. Hehe. Tapi kita bisa mulai bahas pelan-pelan, dan tentu saja kita mulai dari kata-kata mutiara Mr Eddy!

"Kalau kamu tulus, you have nothing to lose."

Otak rasional saya sadar, bahwa kebanyakan masalah saya dengan wanita berasal dari diri saya sendiri. Saya terkadang berpikir terlalu banyak, kuatir dan galau nggak jelas sendiri, kalau wanita objek saya tidak berperilaku sesuai dengan yang saya harapkan. Saya juga mudah takut, takut kehilangan dia. Misalnya: Saya tahu kalau saya tidak boleh terlalu hangat kepadanya, karena nanti dia tidak akan menghargai aku. Tetapi, saya takut, kalau saya lepas maka dia tidak akan kembali. Sebenarnya, kalau saya tulus mencintai dia, saya hanya ingin yang terbaik untuk dirinya. Apabila yang terbaik adalah melepasnya, maka saya akan berani untuk melepasnya. Yang penting kan saya tulus, kalau dia pergi dan tidak kembali, dan itu adalah yang terbaik untuknya, I have nothing to lose. Saya akan cari lagi.

"She may be the one, but not the only one."

Kata-kata emas dari Mr Eddy ini menjelaskan mengapa kita tidak boleh terlalu attach kepada orang yang kita cintai. Mencintai adalah melepas. Jika dia kembali, dan dia tetap setia disisimu, maka dia adalah milikmu. Jika dia pergi, ya cari lagi. She may be the one, but not the only one.

"Mesti belajar mencintai. Mencintai tuh bukan komitmen atau ke attach sama orang lain. Kamu ga perlu orang lain untuk melengkapi kamu. Kamu cuma berbagi kelengkapan sama orang lain itu kok. Kamu komit ke hati kamu, ke diri kamu sendiri, kalau kamu tuh mencintai dirinya. Terserah dia mau ngapain, kamu ga bakal kehilangan dia. Kamu ga bakal sakit hati, ga bakal tersinggung. Soalnya begitu dia mau ngapa2in juga, kamu sadar, dan kamu yakin, kalau kamu hanya bertanggung jawab dan berhadapan pada dirimu sendiri. Itulah yang disebut cinta, komitmen ke diri kamu sendiri. Cinta ini ga bisa di break siapa2. Selain sama Tuhan."

Belajar mencintai.. Alangkah indahnya dunia ini kalau semua orang bisa memiliki mindset seperti ini. Komitmen kepada diri sendiri, berarti kita mesti selalu mulai dari diri kita sendiri. Sungguh ironis, tetapi dengan menjadi egois, narsis, dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu, maka kita akan mampu mencintai orang lain lebih baik. Dan dengan mencintai, dengan saling berbagi kelengkapan dan kesempurnaan kita masing-masing, maka kita mencintai Tuhan. Kedengarannya aneh? Ini sudah dibahas di blog post: Aku Cinta Kamu lho.. hehehe :)

Baiklah, hari ini sampai segini dulu saja, kapan-kapan bisa dilanjutkan lagi pembahasan ini. Terima kasih ya, wahai semesta, karena dengan setiap hambatan, rintangan, dan tantangan, saya punya kesempatan untuk belajar menjadi pecinta yang lebih baik..!

Salam Rahayu,


Sunday, October 26, 2014

I'm Fine, as Always.. (dan Doa)

Para pembaca yang rajin mengikuti blog saya ini tentu akan sadar bahwa kebahagiaan adalah tema sentral blog ini. Kebahagiaan, bagaimana caranya bahagia, the pursuit of happiness, bukannya hal-hal inilah yang harus kita utamakan? Kalau tidak bahagia dulu, buat apa hidup?

Saya ingat sekali, saat pertama kali bertemu Mr Eddy, Beliau bertanya ke saya:

Master: "Mas Tommy, kalau nanti kamu di Amerika sana, orang lain bertanya: 'How are you?'  Bagaimanakah kamu akan menjawabnya?"

T: "I'm fine, thank you. And you?".. "Begitu, Pak.."

Master: "Gini, mas. Tambahkan fine, as always. Jadinya 'I'm fine, as always.' ".

Ya, dengan menjawab 'fine, as always', kita afirmasi ke diri kita sendiri bahwa kita selalu baik-baik saja, walaupun dunia lagi jungkir balik dan hati kita lagi berdarah darah. Sambil tersenyum manis kita lalui hidup kita ini.. Kata Mr Eddy, dengan mengucapkan kata-kata ini aja, stamina kita langsung naik. Keringat dingin pun menjadi hangat kembali.. hehehe..

Konon katanya ini adalah sikap, ini adalah attitude milik manusia-manusia baru, modern, zaman sekarang. Yang katanya berdoanya sudah bukan curhat kepada Tuhan:

"Kalo dulu: 'Tuhan, aku punya masalah banyak nih, gimana nih..' Kalau sekarang, kita bilang: 'Heyy masalah, gue gatakut, gue punya Tuhan!!' heee.. beda kan! hehehe."

Sesungguhnya attitude pantang takut dan selalu kuat ini adalah suatu attitude yang paling bermanfaat.. Saya sendiri pernah mengalaminya: Dikala diri sedang sedih atau stress, saya berusaha untuk ketemu dengan teman-teman. Mereka menanyakan apa kabar, dan jika saya menjawab "Fine as always" sambil tersenyum lebar-lebar (walaupun dalam hati rasanya kepiningin menangis atau menggorok leher teman tersebut), tiba-tiba rasanya langsung enakan. Galau yang menggunung itu rasanya seperti garam yang dilarutkan oleh air laut. Kenapa ya?

Sebenarnya saya pernah baca sebuah penelitian psikologi mengenai efek perbuatan terhadap tingkat emosi. Para peneliti tersebut berkesimpulan bahwa bukan hanya emosi mempengaruhi perilaku, tetapi sebaliknya, apa yang kita lakukan akan mempengaruhi emosi kita. Apa implikasinya? Kalau kita berbuat baik atau bertingkah senang, bahagia, dan rahayu, diri kita di dalam juga akan senang. Memang, pertama-tama rasanya agak 'terpaksa', tetapi lama-kelamaan eeeh malah fine beneran.. hehe.

Wah, ternyata ini toh, maksud Mr Eddy, 'fine as always'.. Mungkin ini juga pelajaran buat saya, supaya mengamini untuk punya cukup iman, dan dengan iman kita bisa menciptakan kebahagiaan. Semua cuma dengan satu kalimat singkat dan sederhana saja.. "I'm fine, as always.."

Baik, Pak. I'm fine, as always.. Terimakasih yaa :)

Salam Rahayu,


Sunday, October 19, 2014

Aku Cinta Kamu

Ayn Rand, seorang pengarang terkenal, memiliki sepenggal kalimat indah di dalam bukunya, The Fountainhead. Kalimat itu adalah: 'To say "I love you" one must know first how to say "I"."

Bisa diterjemahkan sebagai berikut: "Sebelum mengucapkan 'aku cinta kamu', seseorang harus tahu bagaimana cara mengucapkan 'aku'.

Artinya apa? Untuk mencapai cinta sejati, sebelum kita bisa mencintai orang lain, alangkah baiknya jika kita belajar mencintai diri kita sendiri dulu. Toh, ketika kita merubah diri kita, kita sedang mengubah dunia. Hal terbaik yang kita bisa lakukan untuk orang-orang di sekitar kita adalah memperbaiki diri kita, sebab dengan menjadi lebih baik, dunia akan memiliki satu lebih sedikit orang jahat yang harus mereka hadapi. Pada dasarnya, semua perbuatan adalah perbuatan yang mulia dan perbuatan yang egois, jadinya, mengapa kita tidak menolong diri kita sendiri, untuk menolong orang lain juga? :)

Ini kata-kata Mr Eddy:
"Cintailah tiga hal terlebih dahulu:
  1. Cintailah dirimu sendiri: Ciptaan Tuhan yang terdekat dari dirimu. Kamu bukan manusia sembarangan, ciptaan Tuhan.  Inilah cinta yang tanpa batas
  2. Kemudian, cintailah sebab kamu dilahirkan di dunia. Orangtuamu, itulah cinta yang sangat tulus.
  3. Dengan mencintai diriku, aku belajar mencintai orang lain. Ini barulah cinta sejati. Jadi kamu harus mencintai dirimu dulu, baru bisa di share kepada orang lain, yang layak mendapatkan cinta sejatiku.."
Tentang mencintai diri sendiri:
"Aku belajar mencintai diriku. Setelah berkomitmen baru dilihat. Aku komit ke diriku sendiri.Cinta itu segala-galanya. Cinta itu everything. I love my school, education pun selesai dengan cepat. Aku cinta kerjaanku, eh duit ngalir kayak kencing. Cinta itu semangat yang tidak bisa dipatahkan, karena mencintai dirimu adalah mencintai penciptamu! Body, mind, soul, ciptaan Tuhan! Dengan mencintai dirimu kamu mencintai Tuhan. Tanpa batas."

Kemudian, tentang mencintai orangtua, Mr Eddy sendiri percaya bahwa surga berada di telapak kaki ibunya.. Beliau saja sampai sujud, menyembah, sungkem terhadap ibunya, mohon ampun dan minta restu beliau. Sebegitunyalah rasa cinta dan hormat Mr Eddy kepada ibundanya.

Terus setelah beres tiga tahap cinta itu..
"Aku ingin hidup diantara cinta yang sejati. Perpaduan dua cinta yang sejati itu. Ga takut putus cinta.. karena masih banyak yang layak mendapatkan cinta sejati dari diriku sendiri.."

Saya tidak ingin terlalu banyak menginterpretasikan kata-kata Beliau, sebab wisdom yang muncul dari kata-kata beliau ini memang sudah sangat jelas, tetapi izinkanlah saya untuk mengelaborasi tiga cinta tersebut. Tiga tahapan cinta ini sangat mirip dengan sekolah: Mencintai diri sendiri layaknya sarjana S1, mencintai orangtua layaknya master S2, dan kalau begitu mencintai orang lain adalah doktor, atau S3. Apakah itu mungkin, atau apakah itu sehat, bagi kita untuk belajar materi S3 sebelum kita mulai belajar materi S1 atau S2? Apakah kita nggak akan mengerang-erang kesulitan dan kesakitan? Sayangnya di dunia ini kebanyakan orang mulai dari menjadi "doktor cinta" padahal sarjananya aja belum beres. Makanya nggak aneh kan tingginya frekuensi tangis darah atas nama cinta? Andai mereka tahu lebih baik.. hehehe ;)

Salam Rahayu,

Sunday, October 12, 2014

Kolam Iman dan Langit-langit Kepercayaan

Saya barusan menonton video inspiratif dari Vishesh Lakshmi, pendiri Mindvalley.com, sebuah perusahaan yang memiliki misi untuk meninggikan spiritualitas umat manusia melalui pelatihan-pelatihan dan seminar spiritualitas. Vishesh menceritakan model-model kepercayaan dia, dan salah satu dari empat model tersebut adalah kolam iman (faith reservoir) dan langit-langit kepercayaan (belief ceilings).

Inti dari kolam iman adalah suatu konsep, atau kesadaran, dimana faith atau iman kita merupakan sebuah otot yang dapat dilatih. Jika Anda ingin menang tinju melawan Mike Tyson, maka Anda harus melatih otot-otot Anda dan berlatih bertinju, bukan? Logika yang sama juga berlaku; kalau Anda ingin mewujudkan impian terbesar Anda, maka Anda harus perlahan-lahan melatih faith Anda supaya makin lama Anda makin percaya, dan lama-kelamaan Anda mampu mewujudkan impian-impian terbesar Anda.

Ini mengingatkan saya kepada ajaran Mr Eddy yang saya intip dari archive KKAS yang lampau. Menurut beliau, untuk mewujudkan sesuatu, kita harus tahu kenapa kita mau mewujudkan impian tersebut (aspek why dari impian tersebut) ketimbang memusingkan bagaimana dan kapan kita bisa mewujudkan impian tersebut (aspek how and when dari impian tersebut). Begitu kita sudah tahu apa yang mau kita capai, kita cari tahu dan tanya dalam-dalam mengapa kita mau mencapai impian tersebut. Sudah begitu, visualisasikanlah dan lakukanlah afirmasi bahwa impian itu sudah tercapai, dan ucapkanlah terima kasih dan tingkatkan rasa haru dan bersyukur. Mulai dari memanifestasikan hal-hal kecil, ingatlah baik-baik, dan saat rasa percaya diri dan kolam iman bertambah dalam maka wujudkanlah hal-hal yang lebih besar.

Tetapi, ketika kita berusaha sebisa mungkin, sekuat tenaga dalam percaya dan mewujudkan visi kita, kita suatu saat akan tersangkut di "belief ceilings" atau langit-langit kepercayaan kita. Apa itu belief ceilings? Menurut Vishesh, belief ceilings merupakan kumpulan dari kepercayaan-kepercayaan irasional kita, yang tertanam di dalam pikiran bawah sadar kita, dari omongan-omongan orang-orang di sekitar kita, baik ketika kita kecil atau ketika sudah besar. Kepercayaan-kepercayaan irasional inilah yang menahan kita untuk mewujudkan impian terbesar kita. Misalnya, ada beberapa wanita yang percaya bahwa karena mereka hanyalah seorang wanita, mereka tidak bisa menjadi seorang pebisnis sukses. Atau karena mereka berasal dari negara yang miskin, atau berlatar belakang etnis tertentu, makanya tidak bisa melakukan ini dan itu.

Hancurkanlah langit-langit itu. Hancurkanlah dengan sekuat tenagamu. Hancurkanlah dengan segenap jiwa dan ragamu. Sebab, kita merupakan utusan Tuhan, Tuhan hidup di dalam diri kita. Apakah yang tidak mungkin kalau Tuhan merupakan kita, dan kita merupakan Tuhan?

Kata Vishesh, cara terbaik menghancurkan langit-langit tersebut adalah dengan membaca banyak biografi dan kisah-kisah inspiratif tentang orang sukses. Orang-orang tersebut telah melampaui segala hambatan dan rintangan, dan telah menghancurkan langit-langit tersebut, seperti Steve Jobs, Sam Walton, dan sebagainya. Ketika kita menyadari bahwa mereka bisa, kita juga sadar, dan perlahan-lahan juga percaya, bahwa kita JUGA bisa. Tidak ada lagi alasan kenapa kita tidak bisa.

Saat Vishesh menghantam saya dengan pencerahan ini, saya sadar dan teringat kembali salah satu hal paling penting yang saya pelajari dalam pertemuan saya dengan Mr Eddy: Mr Eddy merupakan model saya, merupakan inspirasi saya, Beliau mengajari saya puncak dari puncak kesuksesan dan bagaimana cara hidup berkualitas. Mr Eddy mendirikan lapangan terbang sebelum beliau mulai kuliah. Beliau lulus S1 hanya dalam 1 1/2 tahun, S2 dalam 9 bulan, dan S3 (Doktor Filosofi) dalam 3 bulan dari Boston University. Beliau memimpin ratusan perusahaan di dunia (saat beliau berada di Amerika Serikat) dan suksesnya perusaahan-perusahaan tersebut dapat diukur dari triliunan dolar yang dihasilkan. Beliau kemudian menjadi mentor berbagai klub-klub spiritual, dan tentu saja para pemimpin dan penguasa dunia. Sambil menikmati hidupnya di Indonesia, Beliau juga bertemu dengan kita (para muridnya yang tengah menghadapi kesulitan dan perlu bimbingan), dan Beliau menghibur kita. Mr Eddy pun punya sense of fashion yang amat tinggi, dengan selalu bergaya keren dan memakai parfum seperti Jo Malone, gaya hidup dan pilihan Beliau, yang amat dinikmatinya, pun menjadi inspirasi dan standard saya.

Mengenal Mr Eddy, mendengar kisah-kisahnya, dan melihatnya dalam hidup saya secara langsung merupakan suatu anugerah yang sangat besar tersendiri, sebab Beliau telah menunjukkan apa yang dapat saya raih dari hidup saya. Beliau telah menghancurkan langit-langit saya. Makasih paak.. :) Untuk informasi lebih lanjut mengenai Mr Eddy bisa dilihat di Tentang Edhaka.

-Salam rahayu,

Sambilan (Buat yang kangen Mr Eddy)

Dear pembaca dan rekan-rekan murid Mr Eddy,

Pasti ada yang kangen sama Mr Eddy kan? Hehe. Kalo, iya, bisa nonton video berikut. Terimakasih banyak kepada Mbak Ira yang telah memberitahu saya soal keberadaan video ini. :)

Buat yang menonton video ini, maka akan mengerti kenapa Mr Eddy berkali-kali menegaskan bahwa Indonesia adalah pulau para dewa, dan sebentar lagi kita akan maju dan memimpin dunia. Karena pusat energinya ada di sini, di Indonesia.



-Salam Rahayu,

Saturday, October 4, 2014

Ala Apa Adanya (AAA)

Salah satu hal yang saya pelajari dari Mr Eddy adalah konsep "apa adanya", dan tampaknya ini merupakan bagian sentral dari ajaran/konsep Beliau.

"Ingat, dunia tertinggi adalah terserah, dan apa adanya. Seperti ini apa adanya. Sebab disitu apa-apa bisa dan apa-apa dapat."

Ini adalah salah satu dari kalimat Mr Eddy yang nampaknya penuh dengan makna yang dalam. Kalau menurut saya, terserah dan apa adanya berkaitan langsung dengan konsep terima jadi apa adanya, dalam konteks ini berarti apapun yang telah dijamin dan diselenggarakan oleh sang soul kita. Bukan saja menerimanya, kita juga mesti bersyukur, dan disela-sela bernafas santai, kita berusaha untuk menikmatinya semaksimal mungkin.

Saya jadi teringat waktu saya mengikuti KKAS pertama kalinya, ada seorang murid (Mbak Hesti) yang bertanya kepada mr Eddy di sesi tanya-jawab. Salah satu jawaban yang Mr Eddy berikan adalah: "Mbak Hesti, mesti belajar menerima.. Kalau dimarahi walaupun kita tidak salah (tetap benar) terima ga? Kalau ngga nerima, itu belom seratus persen, baru separo.."

Beliau melanjutkan sebagai berikut: "Sebelum kita punya keinginan, soul itu sudah menyiapkan apa yang kita mau. Begitu dirasa sudah siap, baru di inisiasi keinginan kita. Karena kita belum tahu, ya kita tahunya terima jadi aja. Terima aja! Orang itu semua impermanence kok. Sementara, dan akan berlalu. Jangan nge judge “begini terus”, inget impermanence!"

Dari kata-kata beliau, kita sadar bahwa bagian dari menerima adalah tidak men-judge situasi apapun atau siapapun. Dan, kata-kata Beliau ini diafirmasi oleh berbagai tokoh spiritual yang terkemuka dari dari sepanjang waktu: Sesungguhnya, situasi yang kita hadapi semuanya bersifat netral. Tidak ada yang absolut bagus atau absolut jelek. Pertanyaannya adalah apakah kita mampu menerima apa yang telah diselenggarakan untuk kita, dan bagaimanakah kita menginterpretasikan situasi-situasi tersebut. Apakah kita akan menjadi reaktif, dan merespon sebagaimana lingkungan, kultur, dan keluarga mengkondisikan kita, atau apakah kita mampu menjadi proaktif dan belajar untuk menikmati semuanya semaksimal mungkin dan menjadikannya pelajaran-pelajaran untuk perkembangan karakter Soul kita?

Lao Tzu, filsuf ternama dari Tiongkok pernah berkata: "Ingatlah untuk merasa puas untuk apapun yang kamu punyai; bersyukurlah untuk segala keadaan yang kamu hadapi. Ketika kamu sadar bahwa kamu tidak kekurangan apapun, seluruh dunia adalah milikmu."

Bukankah ini sangat mirip dengan kata-kata Mr Eddy bahwa ketika kita menerima semuanya apa adanya, maka apa-apa bisa dan apa-apa dapat? Sebab jika kita menerima, maka kita tidak men-deny. Kita tidak menolak kenyataan, maka kita mampu merubahnya. Tetapi penerimaan harus terjadi sebelum perubahan. Makanya orang denial tidak pernah maju-maju. (Diskusi mengenai konsep denial akan dilakukan di post-post mendatang.)

Bagaimana pendapat kawan-kawan pembaca? Silahkan berbagi tentang interpretasi Anda masing-masing mengenai konsep ini. Terimakasih!

-Salam Rahayu,

Wednesday, October 1, 2014

Berdarah-darah

Ini salah satu ajaran Mr Eddy yang saya paling suka.

Alkisah, suatu hari saya duduk ngopi bersama beliau, terus beliau buka dengan cerita:

"Mas Tommy, kalau suatu hari nanti teman mas ada yang curhat begini.."

Teman: "Aduh toomm gue berdarah darah diluar sana."

Mas Tommy: "Mana darahnya?"

Teman: "Bukan badan gue. Perasaan gue, hati gue, pikiran gue, berdarah darah.."

Mas Tommy: "Ihh.. sekarang masih?"

Teman: "Tinggal dikit sih.. Kok lo tenang tenang aja sih Tom selama ini? Mestinya elo lebih parah kan?"

Mas Tommy: Ya beda. Kalo gue berdarah darah gue diem aja, gue nikmati. Kalo lo kan teriak teriak, tetangga denger, ga penting lagi.. 

Teman: Pantes lo cepet pinter, gue lambat nih..!

Mas Tommy: Ya gapapa, itu kan pilihan. Lo mau lambat boleh, mau cepet boleh.. Ya untung gue dikodratkan sama Tuhan, ya kalo ada apa-apa gue santai gue nikmati, gue ga enak gue nikmati sendiri, gue ngga ajak-ajak temen.. kalo enak gue baru ngajak-ngajak temen..

Hahaha (tertawa bahagia). Ya, ini memang stylenya Mr Eddy banget, mau sedih, sakit, jungkirbalik, dan berdarah-darah pun semuanya disimpan sendiri dan dinikmati. Bukankah itu esensi kehidupan? Bisa menari di tengah hujan badai, dan bisa menikmati pahitnya kopi? Rumi, sang filsuf Sufi dari Timur Tengah pernah berkata: "Kalau di setiap polesan kita menjerit-jerit kesakitan, kapan kita akan bersinar?"

Sang mistis itu juga pernah berkata: "Disiplin dan kesakitan adalah sebuah proses yang memurnikan perak dari zat-zat sekunder lainnya, dan ujian-ujian ini laksana seorang yang mendidihkan emas untuk memisahkannya dari kotoran-kotoran impuritas."

Ya, kita semua memiliki pilihan. Ketika kita berdarah-darah, apakah kita akan teriak-teriak mengeluh, atau diam saja, menerimanya, dan maju terus kedepan? Kedengarannya tidak mudah memang untuk menikmati penderitaan tersebut. Tetapi ingatlah, karakter dan kepribadian kita tidak beda jauh dengan otot, kalau kita disiplin latihan (dalam konteks ini dengan menjaga pikiran kita dan melatih perasaan kita), lama-lama kita bisa merubah, dalam kata-kata Pak Eddy, yang tidak enak menjadi enak, dan yang enak menjadi enak sekali.

Luar biasa, bukan? Kenyataan adalah kenyataan, ia hanyalah sekedar begitu saja apa adanya. Bagaimana kita memilih untuk menanggapinya adalah pilihan pribadi kita.

Bukan berarti tidak boleh mengeluh ya, Mr Eddy memang pernah membahas soal mengeluh, dan kita akan bicara mengenai itu nanti. Tapi intinya, kalau mau curhat ya kalau bisa jangan berlebihan, jangan meraung-raung seperti orang yang berdarah-darah.. Minimal, sebelum curhat, coba nikmati saja dulu.. Tapi bukan berarti kalau berdarah beneran jadi ngga pergi ke dokter ya! Hahaha.

Salam Rahayu,


Saturday, September 27, 2014

Klub Kajian Alam Semesta

Tulisan kali ini saya dedikasikan kepada Klub Kajian Alam Semesta, aka KKAS, yang merupakan perkumpulan spiritual yang dibangun oleh Mr Eddy, Bu Pamugari, dan Mbak Intan Nugroho.

KKAS merupakan suatu wadah nyaman bagi para spiritualis Indonesia untuk berkumpul dan sharing satu sama lain mengenai hidup berkualitas, dan biasanya materinya dibawakan oleh Mr Eddy dan Mbak Intan menjabat sebagai moderator diskusi-diskusi yang terjadi disana.

Saya pribadi hanya sempat berpartisipasi dalam satu pertemuan KKAS sekitar bulan Maret tahun 2013, tetapi saya sungguh menikmati pengalaman saya disana. Saya masih ingat, ketika pertama kali bertemu Mbak Intan, dan beliau langsung tanya ke saya: "Apakah yang membuat orang lain merasa dirimu gila?"

Kata beliau, KKAS merupakan tempat bagi orang "separuh gila" seperti kita untuk berkumpul dan saling mendukung. Pertemuan waktu itu terjadi di Ayana Kitchen, dan kita mengobrol-mengobrol santai sambil menikmati makan siang, kemudian Mr Eddy share mengenai pergerakan bintang dan bulan sebelum kita memasuki sesi meditasi. Setelah meditasi ada sesi sharing mengenai meditasi tersebut, kemudian ada sesi tanya jawab.

Tentu saja saya belajar banyak dari sesi KKAS waktu itu. Pelajaran-pelajaran tersebut memang spesifik dengan pergerakan tata surya di bulan-bulan tertentu tahun 2013, tetapi tetap saja relevan untuk kehidupan sehari-hari. Pelajaran-pelajaran tersebut akan saya share di blog ini kedepannya.

Berdasarkan pengetahuan saya, KKAS bertemu sebulan atau dua bulan sekali di berbagai kafe atau restoran di Jakarta. Para peserta hanya perlu mendaftar dengan mengirim e-mail, membayar biaya makan siang mereka masing-masing, dan mereka bebas untuk bergabung ke dalam sesi-sesi spiritual ini. Saya dengar penanggungjawab pendaftaran KKAS adalah Bu Lidya, dan bagi yang berada di Indonesia dan ingin menghubungi Bu Lidya bisa meminta nomor hpnya dengan cara mengirim e-mail ke saya. Saya dengar, sejak keberpulangan Mr Eddy sudah ada pembimbing baru yang mempimpin KKAS, jadi mestinya mutu KKAS tetap terjamin.

Ulasan lengkap mengenai KKAS dapat dibaca disini (Bahasa Inggris): KKAS dan dulu mereka sempat memiliki milis spiritual pribadi (dimana Mr Ulung Parikesit merangkum pertemuan-pertemuan mereka dan menjelaskan berbagai konsep spiritual Mr Eddy seperti Omni Potensi Statis dan Omni Potensi Dinamis); bisa diakses disini.

Salam Rahayu,

Sunday, September 21, 2014

Prioritas

Saya pribadi memang suka baca-baca hal-hal positif dan optimis, jadinya waktu itu saya masuk ke website en*theos (www.entheos.com) dan baca-baca mengenai hidup secara optimal.

Salah satu hal yang sangat menyentak saya adalah bagaimana caranya untuk mempraktikan kasih: Kita diminta untuk meluangkan waktu absolut untuk diri sendiri selama 15 menit setiap pagi setelah kita bangun tidur. Bagaimanakah waktu itu harus diluangkan? Apa saja, baik dari meditasi, afirmasi, maupun minum teh atau kopi dan menikmati matahari pagi. Yang penting jangan kerja dulu, jangan cek e-mail, jangan lakukan apa-apa untuk orang lain dulu.

Kenapa?

Karena ketika Anda meluangkan waktu untuk diri Anda sendiri, hal pertama di pagi hari, Anda sebenarnya sedang mengirimkan sinyal kepada HS Anda dan kepada sang semesta bahwa diri Anda berharga dan patut dihargai. Maka kehidupan pun akan menghargai Anda :)

Sehabis baca ini, saya jadi mengerti, kenapa dulu Mr Eddy pernah bilang ke saya:

"Sebelum kamu ngapa2in, kamu harus hidup dulu, sehat dulu. Bukan ujian, bukan uang, bukan sekolah. Kembali ke prinsip pribadi, (afirmasi ke dalam, I’m fine, as always.. Ngomong kayak gitu aja stamina langsung naik.. hehehe) Jadi inget, harus sehat dan bahagia dulu, sebelum ngapa2in. Abisnya kamu tau ga, kalo kamu ga hidup dulu, sama aja kamu bunuh diri pelan2. Ngapain kamu melakukan apa2 terus bunuh diri pelan2? Apa gunanya kamu hidup?"


Sekarang saya mengerti lebih mendalam kata-kata beliau tersebut. Kita harus mulai dari mengasihi diri kita sendiri, maka barulah kita hidup. Kalau kita tidak hidup terlebih dahulu, kita tidak sehat terlebih dahulu, maka sebenarnya kita sedang mengakhiri hidup kita secara tidak langsung. Maka musuh terbesar diri kita adalah diri kita sendiri secara harafiah.


Ayo, kita bahagia dulu yuk, sebelum kita berkarya :)

-Salam Rahayu,

Saturday, September 20, 2014

Apakah hal yang terpenting..?

Saya ingat betul bagaimana setiap kali saya bertemu beliau, waktu bergulir begitu cepatnya. Pertama kali bertemu beliau, saya langsung berasa tidak puas, dan ada sedikit ketakutan kalau semua hal yang baru saya pelajari akan saya lupakan begitu saja (padahal waktu itu saya sudah catat semuanya, sebisa mungkin dan secepat tangan saya mengizinkan, makanya blog ini bisa terwujud. hehehe). Jadinya saya bertanya: "Pak, kalau saya melupakan semuanya hari ini, apakah hal yang pasti saya harus tetap ingat?"

Inilah jawaban beliau: "Ingat kalau I am a man. I am someone special. Tuhan tidak menciptakan saya sembarangan. I am great. I love myself, I love myself more! Ingat hal ini!" 

Dalam konteks ini, 'I' merujuk pada saya, sang penulis.

Ya, setelah saya renungkan baik-baik, saya sering menganggap remeh diri saya sendiri. Mungkin karena dibesarkan dengan terlalu banyak komik kung fu yang bilang kalau orang sombong dan takabur jadinya akan hancur dan musnah, atau mungkin karena waktu kecil dulu berat badan saya tergolong berlebihan, makanya malah jadi rendah diri. Dikala saya mendapatkan suatu hasil atau sukses, saya sering merendahkan diri dengan menjawab "hoki, hoki.." Dari yang saya bicarakan tentang diri sendiri pun, saya sering merendahkan diri sendiri dengan bilang: "wah aku goblok" atau dengan meminta maaf terlalu sering (yang sebenarnya tidak perlu).

Tabiat yang suka menyalahkan diri sendiri ini sebenarnya tidak baik untuk harga diri dan ego saya, sehingga, walaupun saya sudah sekolah di Amerika Serikat dan mampu berkomunikasi dan pura-pura percaya diri, terkadang saya masih menangkap diri saya yang suka merendahkan diri saya sendiri. Sekarang saya baru mengerti maksud Pak Eddy. Merendahkan diri sendiri berarti melecehkan kekuasaan Tuhan, dan menyepelekan/menyangkal usaha keras HS kita yang menyelenggarakan diri dan hidup kita.

Kata-kata dan perilaku kita mendefinisikan dan menciptakan dunia kita. Setiap kali kita merendahkan diri, entah apakah kita memang berpendapat begitu, atau hanya sekedar untuk "berbicara" saja merupakan suatu wujud afirmasi negatif. Dengan merendahkan diri ktia sendiri, kita tidak mencintai diri sendiri. Kalau kita tidak mencintai diri sendiri, bagaimana kita mampu mencintai orang lain? Bahkan bukan melalui ucapan saja kita merendahkan diri sendiri. Apabila kita tidak percaya diri, atau suka mengeluh, kita sebenarnya juga sedang merendahkan diri kita sendiri. Dengan tidak percaya diri dan mengeluh (baik soal diri kita maupun hal lainnya), kita melemahkan kekuatan diri kita dalam penciptaan, dan ujung-ujungnya hanya akan mengundang malapetaka untuk diri kita.

Saya harus mengakui kalau saya pun sampai sekarang masih terkadang merendahkan diri saya. Sekarang saya berusaha segenap tenaga untuk menangkap diri saya ketika saya mengucapkan kata-kata tersebut, mengeluh, bergosip, ataupun tidak percaya diri.

Makanya, tak heran Pak Eddy bilang: "love yourself". Kalau saya boleh menambahkan, tenangkan diri, percayakan diri, dan "love yourself, love yourself even more". Sebab cinta diri sendiri tidak ada yang namanya berlebihan. Cinta tidak sama dengan sayang tidak sama dengan kasih, tetapi cinta mengetahui apa yang terbaik untuk target cinta tersebut. Maka dengan cinta, semuanya akan baik-baik saja. :)

Salam Rahayu,





Friday, September 19, 2014

Soul

Begini kata Mr Eddy:

"There is no need to worry about anything. Your soul guarantees everything. Everyday."

Berarti, tidak ada apa-apa yang harus kita khawatirkan, sebab soul kita menjamin segalanya setiap saat. Jadi, kenapa kita khawatir? Toh kita tahu, kita sadar, bahwa kuatir itu tidak akan merubah apa-apa. Karena: "Apapun yang akan terjadi besok sudah terjadi kemarin, apapun yang akan terjadi sejuta tahun ke depan sudah terjadi sejuta tahun yang lalu." 


Ya. Segala sesuatu yang akan terjadi sudah terjadi, dan bukannya setelah kita berusaha sebisa mungkin, dan memberikan yang terbaik, semuanya tinggal kita serahkan kepada soul kita? Tidak khawatir bukan berarti pasrah atau pasif. Tidak. Karena kalau kita pasrah atau pasif, kita akan, secara sadar ataupun tidak, merasa gelisah. Sebab, kita telah menyia-nyiakan potensi kita, apa yang terbaik yang bisa kita lakukan. :)


Saya percaya, setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing. Selamat beristirahat sejenak!

-Salam Rahayu,

Thursday, September 18, 2014

Esmosi

Mungkin memang secara alamiah saya orangnya sensitif/gampang tersinggung kali ya. Dan saat saya bertemu Mr Eddy, saya juga mengutarakan soal ini. Saya minta saran, bagaimana caranya supaya saya ga gampang tersinggung, ga gampang emosian. Soalnya emosi kan cape, emosi kan boros energi.

Begini kata beliau: "Kalau kamu emosian, buat nyari ide naikin ke kepala. Empati. Pertimbangkan dua arah. Gue lebih beruntung, gue lebih objektif. Ga boleh nyalahin dia. Kalo belom tau. Yang waras ngalah aja, yang gila biarin aja. Semua rasa kesel kamu kamu naikin jadi pemikiran."


Jadi disaat ada rasa kesal, marah, atau tersinggung, saya ingat kembali kata-kata pak Eddy: "Yang waras ngalah aja.."


Memang benar ya, salah satu resep hidup bahagia adalah don't take things personally atau jangan mau menjadi target makian/hinaan orang. Kalau saya sih, bakal mikir dulu:

"Dia ngomong gue goblok bener ngga ya? Dia emang tau dari mana gue goblok? Kok gue tersinggung ya? Jangan-jangan gue goblok beneran lagi.. hahaha. Apa jangan-jangan dianya yang goblok?" Sudah begitu, biasanya langsung saya lepas saja.. 99.9% masalahnya di dia kok, bukan di aku. Lah kalau aku yang salah, ya aku minta maaf, terus lanjut saja. Kalau tidak, ya dilepas saja... Jadi sekarang sudah lebih sabar, toleran, dan bahagia (karena tidak mudah tersinggung. hehe)

Oh, Pak Eddy juga pernah berkata: "Enjoy everything you come across. Kalo ngga enjoy ya di release aja coy!"

Sepertinya itu juga berlaku untuk tema ini :)

-Salam Rahayu,


Wednesday, September 17, 2014

Afirmasi

Saya juga baru sadar, kalau salah satu hal yang terus melanjutkan kehidupan saya, dan juga berperan banyak dalam kehidupan orang-orang sukses adalah afirmasi.

Apa itu afirmasi? Sebuah rangkaian kata-kata yang diucapkan kepada diri sendiri, entah dalam hati atau secara verbal.

Kenapa afirmasi? Dalam kehidupan setiap orang ada trinitas: pikiran, perkataan, dan perbuatan, dan ketiganya saling mempengaruhi. Untuk hidup dengan bahagia, mindset harus diubah, kata-kata harus bertanggung jawab dan positif, dan perbuatan pun harus mulia. Dengan afirmasi, dan belajar untuk percaya pada kata-kata kita sendiri, mindset pun berubah dengan mudah, dan perbuatan pun menjadi mulia dengan sendirinya.

Pak Eddy mengajarkan saya sebuah afirmasi:

Kesadaran dan afirmasi: aku bukan manusia sembarangan!
  1. Ketika aku (soul) berkenan, maka saya bisa. Kalo ga bisa sekarang, besok pasti bisa, kalo besok ga bisa, lusa pasti bisa. Pokoknya suatu hari ujungnya pasti bisa!
  2. Ketika aku berkenan, aku akan dapat. Pelan2 finalnya dapat.
  3. Ketika aku berkenan, maka aku bahagia!
Ingatlah kalau kita memang bukan manusia sembarangan. Walaupun banyak jutaan manusia lain yang mirip kita, tetapi percayalah (dan memang benar) bahwa ada suatu peran, baik besar ataupun kecil (tetapi tetap penting), yang hanya kita saja bisa wujudkan.

1. Karena itu adalah kehendak soul-mu, maka apapun itu, dari meminum habis samudera sampai memindahkan gunung, pasti akan tercapai. Soul-mu itu lebih besar daripada semesta ini, bagi Beliau, tidak ada hal yang tidak mungkin.

2. Sama seperti poin #1. Jika kita sudah sadar apakah yang membuat soul kita berkenan, dan kita tetap percaya, dan melakukan semua yang terbaik, setiap hari, sebisa mungkin, maka finalnya pasti akan dapat.

3. Jika kita berjalan dalam arah yang ini, adalah arah yang sesuai dan dikehendaki oleh soul kita. Berarti saya, Aku, dan Tuhan telah bersinkronisasi, sebab soul (Aku) adalah utusan atau otoriter dari Tuhan. Ketika tiga telah menjadi satu, dan semuanya saling mendukung, maka kebahagiaan tidak dapat dinafikan.

Tuesday, September 16, 2014

Berdoa

Saya percaya, salah satu hal yang penting untuk dilakukan adalah berdoa, karena pada saat kita berdoa, kita berbicara dengan sang Aku, roh kita dan Higher Self kita. Oleh karena itu, saya memohon kepada Pak Eddy untuk mengajari saya cara berdoa, atau lebih tepatnya, apa yang harus saya katakan ketika saya berdoa.

Sebelum saya menjabarkan apa kata-kata beliau, saya harus bilang kalau dalam berdoa, tidak ada yang namanya keharusan. Lebih ke perasaan dan sreg atau tidak sreg; Jadinya lihat saja, doanya rasanya pas atau tidak :)

1. Tuhan, saya mohon maaf karena dalam hidupku banyak yang belum jelas. Mohon dibimbing.
2. Tuhan, saya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga untuk apa yang telah, sedang, dan akan Engkau anugerahkan kepada saya.
3. Tuhan, apapun yang engkau kehendaki, terjadilah menjadi kehendakku. Dan menjadi kehendak saya.

-- Penjelasan

Poin 1: walaupun kamu sudah tahu jauuuuh lebih banyak daripada orang-orang di sekitar kamu, bahkan yang sudah tua reyot sekalipun, tapi tetap kamu pingin tahu lebih, karena Tuhan tahu tanpa batas.

Saya juga, di kedepannya, belajar dari Pak Eddy bahwa masalah terbesar seluruh manusia di dunia ini adalah terlalu banyak hal yang belum jelas. Kalau semuanya sudah jelas dan eksplisit, maka semua masalah masalah di dunia ini akan sirna. Coba pikirlah, semua masalah yang Anda jumpai hari ini, besok, atau kemarin, bisa ditelusuri kembali, entah mencapai penyebab yang belum jelas, atau solusi yang belum jelas. Makanya saya setiap hari selalu minta dibimbing.

Poin 2: mau bagus jelek, enak atau ngga, ngga ada yang ketinggalan, itu semua anugerah Tuhan. Lagian kamu tau bagus jelek dari mana? Kamu kan liat Cuma dari satu sisi. Liat dari berbagai sisi, multi facet and you will appreciate.

Kedepannya saya juga belajar lagi bahwa yang membedakan manusia (yang sudah berkembang) dan orang (yang masih biasa-biasa saja) adalah bahwa manusia adalah begini apa adanya, berarti manusia itu mampu menerima jadi segala sesuatu, menikmatinya, dan mensyukurinya. Makanya para manusia selalu bahagia, percaya diri, dan bebas dari rasa takut atau kuatir. Jika boleh meminjam sebuah istilah untuk mendeskripsikannya, maka saya akan meminjam dua kata: Rahayu dan Legowo. Kira-kira, artinya adalah sejahtera dan mampu menerima dan hidup dengan segala macam perubahan.


Poin 3: Tuhan adalah Aku adalah saya.

Aku disini merujuk pada Higher-Self, atau roh, yaitu utusan dari Tuhan yang hidup di dalam diri setiap orang. Aku adalah konglomerasi atau kumpulan dari setiap memori dan kehidupan orang it, dari awal waktu hingga akhir zaman. Sang Aku adalah yang menyelenggarakan kehidupan kita setiap hari, menjaga kita, dan memberi kita bimbingan. Seorang manusia hanya dapat mencapai kebahagiaan apabila dia telah menjadi satu dengan Aku dan dengan Tuhan, ketika kehendaknya sejalan dan tersinkronisasi. Maka dia akan merasa percaya diri, karena ada kekuatan Esa yang mendukung dibelakangnya. Sebaliknya, jika dia tercerai-berai dengan Sang Aku dan Tuhan, maka dia akan kehilangan kekuatan illahinya, dan hidup pun akan terasa berat dan penuh dengan penderitaan. Cara bersinkronisasi dan sebagainya akan dibahas di postingan selanjutnya.

- Salam Rahayu.

Monday, September 15, 2014

Tentang Edhaka

Saya masih ingat jelas pertemuan pertama saya dengan Mr BJ Eddy Soetyono, alias Edhaka atau Master. Konon katanya, beliau akan muncul di dalam kehidupan orang-orang tertentu, terutama saat mereka sedang menghadapi kesulitan dalam hidup.

Saya hanyalah seorang siswa SMA di Singapura saat itu, sedang menghadapi stress dan ketidakpastian untuk kedepannya. Ibu sayalah yang memperkenalkan beliau ke saya. Sore itu saya ditemani ibu saya ke suatu kafe di Pondok Indah Mall, dan walaupun saya agak gugup karena tidak pernah bertemu dengan beliau, tetapi sekali saya melihat beliau tersenyum semua rasa takut dan ragu langsung sirna. Waktu ngobrol sama beliau, walaupun baru kenal 10 menit rasanya seperti sudah berjumpa 10 tahun. Dan sepertinya itu bukan pengalaman saya pribadi saja, karena ketika saya berbincang-bincang dengan murid-murid beliau yang lain, semua memiliki perasaan yang sama. Katanya, kita pernah berjumpa di kehidupan yang lampau.

Saya masih ingat jelas sensasi yang saya rasakan setiap kali berjumpa dengan master. Ada suatu rasa tenang, bahagia, tetapi juga excited di saat yang sama, karena cerita-cerita beliau selalu menarik dan relevan dalam kehidupanku. Oleh karena itu, saya selalu tekun mencatat kata-kata beliau, dan sampai sekarang saya masih menyimpan catatan-catatan itu.

Tidak terasa saya sudah lima kali berjumpa dengan beliau, sebelum beliau berpulang sekitar September 2013. Saya sangat bersyukur atas jodoh saya dengan beliau, dan karena saya merasa ajaran-ajaran/kata-kata mutiara dari beliau mungkin juga relevan untuk murid-murid beliau yang lainnya, atau bahkan orang-orang yang ingin mengembangkan spiritualitasnya, maka saya akhirnya memulai blog ini, untuk sekedar share hal-hal tersebut.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan me-share sedikit mengenai latar belakang Mr Eddy. Beliau lahir di Solo, kuliah di Amerika, dan memimpin berbagai perusahaan besar sebelum pensiun dan menjadi mentor para pemimpin dunia. Di muka publik, beliau juga terkenal sebagai ahli hipnotis, paranormal, dan psikoterapis, terutama pada bidang Past Life Therapy (PLR; terapi kehidupan masa lampau).  http://balipost.realviewdigital.com/?iid=79753&startpage=page0000010#folio=1

Salam,