Saturday, September 20, 2014

Apakah hal yang terpenting..?

Saya ingat betul bagaimana setiap kali saya bertemu beliau, waktu bergulir begitu cepatnya. Pertama kali bertemu beliau, saya langsung berasa tidak puas, dan ada sedikit ketakutan kalau semua hal yang baru saya pelajari akan saya lupakan begitu saja (padahal waktu itu saya sudah catat semuanya, sebisa mungkin dan secepat tangan saya mengizinkan, makanya blog ini bisa terwujud. hehehe). Jadinya saya bertanya: "Pak, kalau saya melupakan semuanya hari ini, apakah hal yang pasti saya harus tetap ingat?"

Inilah jawaban beliau: "Ingat kalau I am a man. I am someone special. Tuhan tidak menciptakan saya sembarangan. I am great. I love myself, I love myself more! Ingat hal ini!" 

Dalam konteks ini, 'I' merujuk pada saya, sang penulis.

Ya, setelah saya renungkan baik-baik, saya sering menganggap remeh diri saya sendiri. Mungkin karena dibesarkan dengan terlalu banyak komik kung fu yang bilang kalau orang sombong dan takabur jadinya akan hancur dan musnah, atau mungkin karena waktu kecil dulu berat badan saya tergolong berlebihan, makanya malah jadi rendah diri. Dikala saya mendapatkan suatu hasil atau sukses, saya sering merendahkan diri dengan menjawab "hoki, hoki.." Dari yang saya bicarakan tentang diri sendiri pun, saya sering merendahkan diri sendiri dengan bilang: "wah aku goblok" atau dengan meminta maaf terlalu sering (yang sebenarnya tidak perlu).

Tabiat yang suka menyalahkan diri sendiri ini sebenarnya tidak baik untuk harga diri dan ego saya, sehingga, walaupun saya sudah sekolah di Amerika Serikat dan mampu berkomunikasi dan pura-pura percaya diri, terkadang saya masih menangkap diri saya yang suka merendahkan diri saya sendiri. Sekarang saya baru mengerti maksud Pak Eddy. Merendahkan diri sendiri berarti melecehkan kekuasaan Tuhan, dan menyepelekan/menyangkal usaha keras HS kita yang menyelenggarakan diri dan hidup kita.

Kata-kata dan perilaku kita mendefinisikan dan menciptakan dunia kita. Setiap kali kita merendahkan diri, entah apakah kita memang berpendapat begitu, atau hanya sekedar untuk "berbicara" saja merupakan suatu wujud afirmasi negatif. Dengan merendahkan diri ktia sendiri, kita tidak mencintai diri sendiri. Kalau kita tidak mencintai diri sendiri, bagaimana kita mampu mencintai orang lain? Bahkan bukan melalui ucapan saja kita merendahkan diri sendiri. Apabila kita tidak percaya diri, atau suka mengeluh, kita sebenarnya juga sedang merendahkan diri kita sendiri. Dengan tidak percaya diri dan mengeluh (baik soal diri kita maupun hal lainnya), kita melemahkan kekuatan diri kita dalam penciptaan, dan ujung-ujungnya hanya akan mengundang malapetaka untuk diri kita.

Saya harus mengakui kalau saya pun sampai sekarang masih terkadang merendahkan diri saya. Sekarang saya berusaha segenap tenaga untuk menangkap diri saya ketika saya mengucapkan kata-kata tersebut, mengeluh, bergosip, ataupun tidak percaya diri.

Makanya, tak heran Pak Eddy bilang: "love yourself". Kalau saya boleh menambahkan, tenangkan diri, percayakan diri, dan "love yourself, love yourself even more". Sebab cinta diri sendiri tidak ada yang namanya berlebihan. Cinta tidak sama dengan sayang tidak sama dengan kasih, tetapi cinta mengetahui apa yang terbaik untuk target cinta tersebut. Maka dengan cinta, semuanya akan baik-baik saja. :)

Salam Rahayu,





No comments:

Post a Comment