Saturday, November 29, 2014

Karma

Hai para pembaca yang kuhormati dan kucintai..

Maaf ya, agak lama meng-update blog ini.. Barusan kembali dari liburan Thanksgiving di Kanada. Juga sempat bertemu dan mendapatkan banyak bimbingan dari sesama murid Pak Eddy yang kebenaran berdomisili di Toronto. (Terimakasih banyak ya, Kak Ira! hehehe)

Tulisan kali ini berusaha untuk menjawab pertanyaan dari Yuu, terimakasih banyak ya untuk pertanyaannya! Pertanyaan pertama adalah mengenai pembahasan karma.

Saya sendiri sempat mendalami Buddhisme selama sekitar empat tahun lebih, dan esensi karma adalah hukum sebat-akibat. Kalau kata Mr Eddy, dunia adalah panggung sandiwara. Sebab terlalu serius ber-akting (hingga lupa kalau sesungguhnya cuma perwayangan saja) akibatnya malah dihukum (dihajar). Ini namanya menimbulkan karma. Sebaiknya kita santai saja, rahayu saja, nrimo saja. Lah, memang kepasrahan kepada kehendak Tuhan merupakan tingkat tertinggi bagi kita kok (lihat AAA, Ala apa adanya). Ketika kita santai, pasrah, dan menikmati bagian permainan kita, maka kita akan menjadi bebas dari karma.

Bukan saja itu, dari pelajaran-pelajaran sinetron-sinetron tersebut, kita mampu menyadari bahwa semua pikiran, perkataan, dan perbuatan kita di setiap saat adalah berkualitas, dan merupakan untuk hal yang terbaik. Di saat itu, karma berubah menjadi dharma. Apakah dharma itu? Dharma merupakan kebenaran, suatu hal mutlak yang tidak bisa dinafikan. Inilah yang disebut pencerahan di dalam Buddhisme, suatu hal yang dicari oleh jutaan bhiksu-bhiksu dan umat-umat ketika mereka duduk bersila dan mengatur nafas mereka (meditasi). Apakah sebenarnya pencerahan itu? Apakah sebenarnya dharma itu? Tidak lain, dan tidak bukan, adalah kebersatuan saya, Aku, dan Tuhan. Ketika mind, body, dan soul menjadi satu, sejalan, dan kompak, maka dharma terjadilah. Tiga menjadi satu.

Kemudian, gimana caranya untuk mempersatukan mind, body, dan soul? Hati harus dibuka, dan dibuka dengan cara dibersihkan. Banyak jalan menuju Roma, tetapi intinya adalah dengan merasa bahagia. Cara yang paling sederhana adalah cukup dengan memejamkan mata dan memberikan senyuman yang termanis kepada soulmu. Sesungguhnya, cara-cara yang paling sederhana adalah cara-cara yang paling manjur...! Kalau Mr Eddy sendiri pribadi mengajarkan saya sepenggal afirmasi: "Tuhan, Aku, dan saya online." Kata Beliau, kalau sudah rajin afirmasi, dan tidak emosian, (sebab nanti malah bikin karma baru..) kita akan tersinkronisasi.. "Beres deh, tinggal nyanyi saja.." Hehehe..

Sebab, kalau tidak bersatu, mind, body, dan soul kita jalan sendiri-sendiri. Mindnya maunya kesono, soulnya malah pengen kesini.. Pasti rasanya desperate, stress, dan emosian sepanjang jalan. Bukan hanya di kehidupan ini saja, tetapi juga di kehidupan masa depan masih akan bermasalah. Ini namanya karmanya dibungkus dan dibawa pulang.. hehehe. Kata Mr Eddy: "Baru begitu nyatu karma selesai, jadi yang namanya darma.  Sempurna hidupnya. Darma tiap turun tugas, tiap turun tugas, dharma dharma dharma, bhakti kepada yang Maha Esa."

Pak Eddy juga berpesan, kalau namanya kita kan sedang bersandiwara di panggung dunia, ya boleh lah pura-pura ada karma sedikit. Kan ceritanya orang, bukan dewa.. hahaha. Yang penting, kita sadari karma yang ditimbulkan dari kebiasaan jelek kita, terus kita kontrol. Sebab asal kita bisa sadari, maka bisa kita kendalikan. Sebab yang belum mengerti kan belum sadar, dan bagi mereka yang belum sadar, ya ngga bisa toh ngebedain karma dan dharma..

Salam Rahayu, 

No comments:

Post a Comment